Tuesday, October 16, 2012

World Food Day - Let's make changes for us, others and earth!


Kemarin, 16 Oktober 2012, adalah Hari Pangan Sedunia (World Food Day). Berbagai artikel diberbagai media massa mengulas masalah krisis pangan global yang tidak kunjung selesai. Perubahan iklim (global climate changes), pertumbuhan penduduk serta keterbatasan lahan dan air telah mengakibatkan keterbatasan sumber daya pangan dan naiknya harga pangan di dunia. Akibatnya, kelaparan dan kekurangan gizi terjadi dimana-mana.
Krisis pangan tidak hanya terjadi di pedalaman negara Afrika. Kenaikan harga pangan terjadi dimana-mana. Bahkan di dalam artikelnya, “Think Progress Climate Progess”  menyebutkan bahwa harga makanan yang dijual diberbagai restoran cepat saji pun ikut naik akibat harga pangan dunia yang semakin meningkat.
Krisis kekurangan gizi juga tidak hanya terjadi di negara-negara miskin dan tidak hanya terjadi di pedalaman. Artikel World Watch Institute menyebutkan bahwa kekurangan gizi juga terjadi di Amerika Serikat akibat semakin banyak orang yang terpaksa atau terbiasa mengkonsumsi makanan murah yang sangat minim gizi, yaitu makanan cepat saji dan makanan proses/kemasan. Dan bila kita jeli melihat, kondisi ini tidak hanya terjadi di Amerika Serikat, tapi juga diberbagai negara lain, termasuk Indonesia.
Di Hari Pangan Sedunia, pemerintah berbagai negara membuat komitmen untuk terus berusaha mengatasi krisis pangan yang terjadi di negaranya. Mari ikut terlibat! Bukan dengan kegiatan yang berskala besar, tapi dengan langkah kecil yang berarti bagi kehidupan kita sendiri, orang lain dan bumi kita. Mari mulai dengan diri kita sendiri, anak-anak serta keluarga kita.
Sebagian manusia di dunia sekarang ini hidup kelaparan dan panen dunia saat ini tidak cukup untuk memberi makan setiap jiwa yang hidup. Beruntunglah kita yang tidak kekurangan pangan. Mari latih dan biasakan diri untuk tidak mensia-siakan makanan yang ada. Biasakan diri untuk selalu makan secukupnya saja, tidak berlebihan. Makanlah untuk kesehatan dan hidup yang berkualitas. Jangan sekedar makan untuk kesenangan. Dan bila kita memang mampu dan berlebih, berbagilah dengan mereka yang kekurangan.
Banyak manusia di bumi yang sekarang ini kekurangan gizi, baik akibat kekurangan makanan maupun akibat konsumsi makanan yang salah, yaitu makanan yang tidak bergizi. Mari cegah dan lawan kekurangan gizi pada diri kita, anak-anak dan keluarga kita. Rubah pola makan diri kita, anak-anak dan keluarga kita.  Utamakan kualitas, bukan kuantitas. Pilih makanan yang benar, yaitu makanan yang sehat, alias makanan natural yang kaya nutrisi: karbohidrat kompleks, sayuran, buah, protein nabati dan protein hewani rendah lemak. Makanan-makanan ini tidak perlu dikonsumsi dalam porsi besar per sekali makannya, namun manfaatnya bagi tubuh dan kesehatan kita sangatlah besar. Utamakan sayuran yang kaya nutrisi dan serat. Bila memungkinkan, utamakan bahan makanan lokal organik sesuai musimnya untuk menghindari bahan-bahan kimia yang banyak digunakan dalam praktek pertanian modern dan untuk perolehan nutrisi yang maksimal.
Ajarkan anak-anak kita dari kecil. Biasakan mereka untuk selalu memakan makanan yang tersedia dan selalu menghabiskan makanan mereka. Biasakan mereka untuk selalu makan makanan natural yang kaya nutrisi. Pertemanan anak dengan makanan proses/kemasan dan makanan cepat saji adalah pertemanan yang sia-sia. Tidak membawa manfaat, baik disaat mereka kecil maupun nanti pada saat mereka dewasa dan tua.
Mari kita gunakan semangat Hari Pangan Sedunia untuk merubah diri. Menjadi manusia yang peduli terhadap kesehatan. Menjadi manusia yang peduli terhadap kelangsungan bumi dan kelestarian lingkungan. Menjadi manusia yang peduli terhadap masalah-masalah sosial yang ada di sekeliling kita. Mari kita rubah pola makan kita dan kembali ke “bentuk” pangan manusia yang sebenarnya. Pangan yang natural, sederhana dan tidak berlebihan. Pangan yang tidak hanya baik untuk tubuh dan kesehatan kita, tapi juga baik untuk bumi beserta isinya.

Friday, October 12, 2012

ingebachrens: My Clean Eating Project: Jajan itu penting? You should know better for you...

ingebachrens: My Clean Eating Project: Jajan itu penting? You should know better for you...: Tulisanku kali ini berawal mula dari sebuah artikel tentang kebiasaan jajan yang ada di dalam Surat Kabar Kompas yang terbit...

Jajan itu penting? You should know better for your health!


Tulisanku kali ini berawal mula dari sebuah artikel tentang kebiasaan jajan yang ada di dalam Surat Kabar Kompas yang terbit hari ini, tepatnya di bagian Kompas Muda halaman 36.
Judul artikel yang mengundang perhatianku dari awal ini adalah “Jajan, Enggak Sekedar Makan” . Judulnya saja sudah menggangguku. Dan ternyata isinya pun demikian.
Dalam artikel yang mengulas kebiasaan jajan remaja di tanah air ini disebutkan bahwa makanan menjadi bagian penting bagi remaja karena mereka sedang dalam pertumbuhan sehingga tingkat konsumsinya cukup tinggi. Sebagian besar remaja (lebih 50 persen) makan nasi tiga kali sehari di rumah. Tapi kebiasaan jajan terus jalan, tiap hari di sekolah. Sebagian besar (remaja) suka jajan makanan berat, seperti bakso, siomay, mi pangsit dan mi instan. Makanan yang mengenyangkan dan rasanya akrab di lidah kita.
Lalu disebutkan pula bahwa meski mereka (remaja) makan nasi sehari tiga kali, jajan tetap penting mengingat aktivitas sehari-hari cukup tinggi. Maka dari itu kebiasaan makan karbohidrat seringkali menjadi menu utama untuk jajan.
Dan ini dia prosentase jajanan favorit remaja di Indonesia versi Kompas Muda:
Bakso, siomay, mi pangsit, mi instan 37,8% --- Nasi dan lauk-pauk 19,2% --- Gorengan 12,1% --- Kue Kering/Basah 10,5% --- Burger, Hotdog, Pizza, Kebab 10,2% --- Lainnya 10,3%
Sayang tidak ada data mengenai jajajan minuman yang biasa dilakukan oleh remaja kita, yang umumnya diisi dengan minuman kemasan yang banyak mengandung gula, antara lain: teh kemasan, soda, jus buah kemasan, minuman vitamin, minuman energi dan kopi.
Jajan?
Ini kebiasaan remaja di Indonesia pada umumnya (termasuk aku pada waktu aku masih bersekolah dulu!) yang sudah menggeser dan merusak pola makan sehat yang seharusnya dijalankan oleh remaja!
Kebiasaan jajan membuat makanan sehat lama-kelamaan tergeser dan tergantikan dengan makanan tidak sehat, yaitu makanan cepat saji (lokal maupun asing), makanan proses/kemasan dan makanan yang kurang/tidak higienis. Kebiasaan jajan, yang dizaman nenek kita dulu dikenal sebagai ajang istimewa (dijalankan kalau ada ulang tahun dan naik kelas misalnya), sekarang malah menjadi kebutuhan sehari-hari yang sangat tidak sehat. Menjadi kebiasaan buruk yang seharusnya dijauhi dan dikikis, bukan malah dipupuk dan dibiasakan hingga menjadi kebiasaan yang terus berjalan pada saat dewasa (disaat kita sudah tidak “tumbuh” lagi).
Setelah menjalankan pola makan sehat Clean Eating selama setahun lebih, aku dan keluarga belajar dan sadar bahwa kalau kita terbiasa dengan pola makan teratur dan terbiasa memakan makanan yang benar (a.k.a sehat),  jajan itu sama sekali tidak perlu, baik untuk anak kecil, remaja maupun orang dewasa dan orang tua!
Untuk beraktivitas, tumbuh (bagi anak-anak dan remaja) dan bertahan sehat, tubuh kita memerlukan MAKANAN SEHAT, yaitu makanan natural dari alam yang kaya nutrisi dan diolah dengan cara yang sehat. Bukan hanya sekedar memerlukan karbohidrat, apalagi karbohidrat sederhana yang tinggi kalori tapi minim serat dan nutrisi, seperti bakso, siomay, mi pangsit, mi instan, burger, kebab, pizza dan nasi goreng.  Bukan pula makanan-makanan proses/kemasan. Makanan-makanan ini sangat kaya kalori namun sangat miskin nutrisi, karena semuanya mengandung karbohidrat sederhana (nasi atau tepung putih), gula sederhana, sodium serta zat perasa dan lemak tidak sehat (minyak goreng, keju proses, dll). Selain minim nutrisi, makanan-makanan ini hampir tidak mengandung serat sama sekali. Jenis makanan yang sangat baik untuk memberi tenaga “instan” (cepat muncul tenaga, tapi cepat pula terkuras dan merasa lapar kembali). Dan makanan-makanan ini merupakan “pupuk” yang baik untuk berbagai masalah kesehatan dan penyakit kronis modern, dari mulai kurangnya daya tahan tubuh dan daya konsentrasi, masalah pencernaan, obesitas, diabetes sampai kanker.
Anak-anak, kecil ataupun remaja (ini sudah aku buktikan pada anak-anakku sendiri), bila diberi jenis makanan yang benar (a.k.a sehat) secara teratur, tidak akan merasa perlu untuk jajan. Biasakan mereka makan makanan utama tiga kali sehari. Utamakan makan pagi sebagai sumber energi utama. Makanlah makan malam seperti “rakyat biasa”, yaitu sederhana dan tidak berlebihan. Beri mereka makanan ringan dua kali sehari, yaitu diantara jam-jam makan utama. Jangan biasakan mereka makan di atas jam 7 malam. Biasakan mereka makan dengan porsi yang benar, yaitu sesuai dengan umur, ukuran tubuh dan aktivitas harian mereka. Dan dukung pola makan yang benar ini dengan makanan yang benar pula, yaitu makanan yang sehat (makanan natural yang kaya nutrisi, serat dan air yang diolah dengan cara yang sehat). Jadi, beri mereka:
-   Karbohidrat kompleks (nasi merah/cokelat, roti gandum, traditional oats, biji-bijian)
-   Makanan yang kaya serat dan air, yaitu sayuran dan buah segar
-   Protein rendah lemak, terutama protein nabati
-   Lemak sehat dari kacang2an, alpukat, minyak sehat , dll
-   Air putih
Berikan mereka makanan sehat setiap kali mereka makan, termasuk makanan kecil selingan mereka. Asalkan makanan yang mereka makan benar (a.ka sehat), walaupun tidak dengan porsi banyak dan frekuensi makan tidak sering,  mereka akan tetap kenyang. Bahkan akan tetap kenyang dalam waktu yang lebih lama dibandingkan mereka makan satu kotak besar pizza, misalnya. Dan tidak hanya mereka akan memiliki cukup tenaga untuk beraktivitas, mereka juga akan memiliki cukup nutrisi untuk tumbuh dan tetap sehat. Mau kenyang mereka bertahan lebih lama untuk memperlancar aktivitas harian mereka? Atau mau mereka punya tenaga ekstra untuk kegiatan olah raga? Tambah asupan makanan yang kaya serat. Perbanyak sayuran, terutama sayuran segar (mentah).
Ini pesan moral kali ini. Yang penting itu bukan jajan, melainkan makan makanan (yang benar-benar) sehat dengan pola teratur dan jumlah wajar! Jangan salah mengerti …
Mari, kikis kebiasaan jajan dari sekarang!
Jangan perkenalkan, apalagi biasakan, kebiasaan ini kepada anak-anak kita. Kualitas hidup mereka tidak akan berkurang hanya karena mereka jarang/tidak biasa jajan. Justru sebaliknya! Dan jangan hanya melarang anak-anak kita, tapi mulai lah dari diri kita sendiri untuk memberi contoh melakoni hidup tanpa kebiasaan jajan kepada anak-anak kita.
Kebiasaan jajan yang dibentuk dan dibiasakan dari kecil akan dibawa oleh anak-anak kita sampai mereka dewasa, bahkan sampai mereka tua (dokterku sering bercerita bagaimana pasiennya yang sudah berumur dan sudah mengidap penyakit kronis yang mengancam jiwa, tetap tidak mau/bisa merubah kebiasaan makannya yang tidak sehat karena sudah terlanjur terbiasa dan merasa tidak bisa hidup senang tanpa makanan favoritnya).  Kebiasaan jajan diusia dewasa akan lebih banyak lagi merugikan kita. Dari segi berat badan, misalnya. Badan orang dewasa sudah tidak “tumbuh” lagi, tapi jajanan tinggi karbohidrat masih masuk dalam jumlah banyak dan sering ke dalam tubuh seperti anak yang sedang tumbuh. Apa hasilnya? Berat badan yang bertambah. Selain itu, kebiasaan jajan juga membuang uang percuma. Dan yang paling penting, kebiasan makan jajanan yang tidak sehat diusia dewasa juga memupuk lebih banyak lagi masalah kesehatan dan penyakit kronis.
Ayo, ganti kebiasaan jajan dengan makan makanan sehat secara teratur!
Berdasarkan pengalaman pribadi, kebiasaan makan sehat lama-kelamaan akan mengikis kebiasaan jajan kita dengan sendirinya. Badan kita lama-kelamaan akan menolak dengan sendirinya makanan-makanan yang tidak sehat dan tidak bermanfaat bagi tubuh. Jajan siomay, bakso, mi instan, pizza, burger, gorengan? Semuanya sudah tidak pernah lagi kami jabani. Kangen? Tidak sama sekali! Tersiksa? Tidak sama sekali juga! Kami tahu kok, sebenarnya sekali-kali kami masih boleh makan makanan-makanan yang tidak sehat ini, tapi masalahnya kami sudah tidak lagi ingin. We can, but we don’t want to!
Sekali-kali makan di luar masih boleh, kok! Bukan jajan, tapi lebih ke "makan di luar". Lakukan pada kesempatan-kesempatan istimewa bersama orang-orang tersayang. Makanlah tetap pada jam dan porsinya. Dan pastikan, makanan yang kita makan di luar, selain enak dan memuaskan lidah serta selera kita, juga punya banyak manfaat kesehatan berlimpah bagi tubuh kita. Pastikan manfaat yang kita dapatkan sepadan dengan uang yang kita keluarkan! Terutama untuk anak-anak kita!
Ingat, tubuh kita, terutama anak-anak, bisa menjadi lebih sehat hanya dengan mengurangi dan menghentikan kebiasaan jajan makanan dan minuman yang tidak sehat!

Wednesday, October 10, 2012

ingebachrens: My Clean Eating Project: Healthy Food = Healthy Kids = Happy Kids!

ingebachrens: My Clean Eating Project: Healthy Food = Healthy Kids = Happy Kids!: Belakangan ini aku perhatikan, sekolah-sekolah di Jakarta semakin di”kepung” dengan mini market modern dan restoran cepat sa...

Healthy Food = Healthy Kids = Happy Kids!


Belakangan ini aku perhatikan, sekolah-sekolah di Jakarta semakin di”kepung” dengan mini market modern dan restoran cepat saji yang menjual makanan dan minuman modern. Semuanya menjual jenis makanan dan minuman yang sama kepada anak-anak sekolah dan para orang tua, yaitu makanan dan minuman kemasan/proses serta makanan cepat saji yang umumnya tinggi kalori tapi sangat minim nutrisi, serat dan air. Makanan dan minuman yang banyak mengandung gula sederhana, tepung putih, sodium, produk turunan jagung, susu dan turunannya, produk turunan soya dan lemak tidak sehat. Dan tidak hanya di luar area sekolah, makanan dan minuman modern belakangan bahkan masuk mengisi area kantin sekolah, tempat kebanyakan anak sekolah makan sehari-harinya.
Anak-anak di Jakarta, sama dengan anak-anak di kota-kota besar lainnya, memang merupakan sasaran empuk bagi industri makanan untuk memasarkan makanan dan minuman modern yang mereka ciptakan dengan bahan-bahan yang tidak natural dan kebanyakan merugikan kesehatan kita.  Bukan hanya anak-anak yang sudah bersekolah, tapi juga mereka yang belum sekolah.  Berkat iklan diberbagai media massa, anak-anak kini menjadi konsumen terbesar makanan dan minuman modern yang sekarang dianggap dan disebut kebanyakan orang sebagai makanan. (Padahal, kalau dilihat dari bahan-bahan yang dikandung, makanan dan minuman modern hasil karya industri makanan seharusnya disebut sebagai “produk yang serupa dengan makanan namun sebenarnya bukan dan seharusnya tidak dikonsumsi oleh manusia”).



Pola makan kebanyakan anak di Jakarta memang tidak jauh berbeda dengan pola makan kebanyakan anak di kota-kota besar lainnya di dunia, umumnya sama-sama pola makan modern yang tidak sehat. Pola makan anak-anak di Jakarta sebenarnya memprihatinkan.  Di kota tercinta kita ini, tingkat awareness kebanyakan orang terhadap pola makan sehat anak yang benar memang masih sangat minim.  Masih banyak informasi salah serta  kebiasaan dan mitos yang justru tidak sehat yang dipercaya dan diikuti oleh masyarakat pada umumnya. Semakin banyak meniru pola makan gaya barat yang sebenarnya justru tidak sehat. Masih belum mendapat cukup perhatian dari pemerintah, sekolah dan berbagai pihak lainnya yang berkaitan erat dengan kehidupan anak.  Tidak heran kalau semakin hari pola makan kebanyakan anak di Jakarta menjadi semakin salah dan tidak sehat.
Ini dia gambaran pola makan modern kebanyakan anak di perkotaan sekarang, termasuk Jakarta.



Berkat makanan dan minuman modern ini, anak-anak di kota Jakarta pada umumnya memang tidak terlihat kelaparan dan kurang nutrisi. Anak-anak di kota Jakarta juga jauh dari masalah kekurangan makanan. Karena memang variasi makanan dan minuman yang bisa dikonsumsi setiap harinya sangat banyak. Jumlah pasokan juga hampir tidak pernah kekurangan.  Harga pun banyak yang terjangkau. Cara mendapatkannya pun banyak yang praktis berkat semakin menjamurnya penjaja makanan di pinggir jalan maupun restoran cepat saji, baik lokal maupun asing. Tapi sayangnya, walaupun berlimpah, kebanyakan makanan dan minuman yang tersedia untuk anak-anak kita adalah jenis yang salah, yaitu makanan dan minuman modern yang malah seharusnya tidak dikonsumsi karena hanya menyumbang banyak kalori namun tidak menyumbang nutrisi dan manfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan anak. Jadi, berkat makanan dan minuman modern ini, anak-anak di kota Jakarta pada umumnya menjadi kekurangan nutrisi dan tidak sehat.
Makanan dan minuman modern memang punya tampilan yang terlihat “wah” , menggiurkan dan “meyakinkan” (terlihat sehat). Apalagi bila dibandingkan dengan penampilan sayuran yang terlihat “dingin” dan hambar. Tidak salah akibatnya banyak orang mengira makanan dan minuman modern itu sehat. Padahal, kandungan makanan dan minuman modern ini kebanyakan tidak “seindah” penampilannya. Dan bukannya memberi manfaat, makanan dan minuman modern kebanyakan malah akan menyumbang berbagai masalah kesehatan bagi anak. Bahkan belakangan banyak yang menyebutkan bahwa makanan dan minuman modern adalah salah satu penyebab utama munculnya  krisis kesehatan pada anak dizaman modern. Dari mulai masalah kelebihan berat badan, obesitas, behaviour problems, alergi, asma, kolesterol, gangguan pertumbuhan, kerusakan gigi, rendahnya daya konsentrasi, rendahnya daya tahan tubuh, sampai ke penyakit-penyakit kronis yang dulu kita kenal sebagai penyakit orang yang sudah berumur, misalnya: diabetes tipe 2, penyakit jantung dan kanker.




Jadi, kita harus sadar, walaupun berkecukupan makan dan tidak terlihat kurus (bahkan seringkali berat badan berlebih), anak-anak di Jakarta punya masalah kekurangan nutrisi yang tidak boleh kita anggap remeh!
Selama mempelajari dan menjalankan pola makan Clean Eating, aku belajar satu hal penting, yaitu:
Healthy Food = Healthy Kids = Happy Kids.
Prinsip ini tidak hanya  aku pelajari dari berbagai info yang aku baca dan tonton, tapi juga aku buktikan melalui perubahan positif kondisi kesehatan anak-anakku sendiri.  Setelah menjalankan pola Clean Eating selama 1 tahun lebih, aku belajar dari pengalaman sendiri bahwa kebanyakan masalah kesehatan anak dizaman modern sebenarnya berujung pangkal pada pola makan yang tidak sehat dan kekurangan nutrisi. Hidup anak-anakku dulu pun tidak lepas dari berbagai masalah kesehatan. Dari mulai masalah pencernaan, alergi, eczema, behavour problems, obesitas dan lain sebagainya. Belum lagi bolak-balik sakit flu karena tertular teman yang sakit di sekolah.
Tapi, semua berubah sejak aku menerapkan pola makan Clean Eating kepada anak-anakku.  Ini dia beberapa hal yang dialami oleh kedua anakku setelah pola makan mereka aku ganti ke pola makan sehat yang kaya nutrisi:
1.      Daya tahan tubuh lebih kuat. Tidak gampang sakit.
2.      Daya konsentrasi lebih baik.
3.      Lebih bertenaga. Anak menjadi lebih aktif.
4.      Mood lebih stabil dan behaviour menjadi lebih baik.
5.      Nafsu makan menjadi sehat. Anak tidak makan berlebihan tapi tidak juga menjadi picky eater atau malas makan.
Intinya,  berkat pola makan sehat (yang dilengkapi dengan olah raga dan istirahat teratur), anak-anakku berubah menjadi anak-anak yang lebih sehat dan lebih senang.  Masalah-masalah kesehatan mereka hilang dengan sendirinya!
Dan bukan hanya aku yang punya pengalaman seputar pola makan sehat anak!
Seorang teman baikku, beberapa bulan lalu akhirnya mengambil keputusan untuk ikut merubah pola makan anaknya secara drastis setelah si anak tercinta dinyatakan menginap Autisme oleh seorang ahli. Lewat sebuah buku yang aku pinjamkan, yaitu “What’s Eating Your Child”, temanku belajar bahwa asupan nutrisi memegang peranan penting dalam pertumbuh dan dan kesehatan anak, fisik maupun jiwa. Lewat buku ini pula, temanku menjadi tahu bahwa ada vitamin dan mineral tertentu yang dapat sangat membantu menjaga kesehatan jiwa dan pikiran anak. Jadi, sambil terus menjalani terapi dengan seorang psikolog,  temanku menerapkan pola makan sehat kepada anaknya, yaitu: karbohidrat kompleks, sayuran, buah, protein (terutama nabati) dan lemak sehat (terutama Omega 3). Konsumsi makanan kemasan/proses dan makanan cepat saji dihentikan sama sekali. Demikian pula dengan konsumsi karbohidrat sederhana, gula sederhana dan bermacam-macam produk susu. Hanya setelah beberapa bulan menjalani pola makan sehat, tidak hanya behaviour si anak semata wayang menjadi lebih baik, tapi alergi kulit yang sudah bertahun-tahun menyiksanya juga ikut lenyap. Bahkan, berat badan si anak pun pelan-pelan turun menuju berat idealnya dan pada saat yang bersamaan, energi si anak mulai bertambah sehingga si anak sekarang pun menjadi lebih aktif. Sebuah hasil yang awalnya sama sekali tidak diduga oleh teman baikku ini.
Jadi, kita harus ingat! Berkecukupan makanan bukan berarti berkecukupan nutrisi!
Anak-anak, dimana pun mereka tinggal, sebenarnya tidak perlu makan berlebihan untuk medapatkan nutrisi yang mereka butuhkan.  Yang mereka perlukan adalah makanan yang tepat, yaitu makanan yang bernutrisi tinggi.  Jangan berikan mereka makanan dan minuman modern yang malah akan menjadi sampah di dalam tubuh mereka dan merengut kesehatan jiwa dan fisik mereka! Jangan biarkan makanan dan minuman modern menurunkan kualitas hidup mereka. Dan jangan biarkan makanan dan minuman modern mengancam kesehatan dan hidup mereka pada saat mereka dewasa nanti.
Jadi, mulai sekarang, gunakanlah kemudahan-kemudahan yang ada di kota besar seperti Jakarta dengan pintar untuk memberi anak-anak kita nutrisi yang layak mereka dapatkan. Siasati kondisi kota yang kurang ideal. Jangan mau kalah sebelum “berperang”. Biasakan mereka untuk hidup sehat. Jangan kenal lelah mengajarkan pola makan sehat kepada anak-anak kita. Jangan gampang menyerah mengajarkan anak-anak kita untuk menyukai sayuran, buah dan makanan sehat lainnya. Bantu mereka untuk menjauhi pola makan modern yang tidak sehat dan bantu mereka untuk terbiasa dengan pola makan sehat. Beri mereka kebaikan, yaitu: karbohidrat kompleks, sayuran, buah, protein nabati dan hewan yang rendah lemak serta lemak sehat! Mulai dari saat mereka kecil, jangan tunggu terlambat!

Tuesday, October 9, 2012

My "Love Your Healthy Food" Cooking Class at SD Kembang. Am Lovin' It!


Rabu 3 Oktober lalu aku mendapat pengalaman baru berharga, yaitu mengajar memasak makanan sehat di Kelas 1 SD Kembang di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.
Hari itu, tepat jam 10 pagi, 20 orang anak sudah menungguku dengan antusias di dalam kelas memasak mereka.  Masing-masing lengkap dengan peralatan memasak yang ditugaskan untuk mereka bawa dari rumah, antara lain: wadah salad, baskom untuk mencuci sayuran dan buah, pisau, talenan, mangku kecil, sendok, garpu dan lain-lain. Sesuai dengan misi pelajaran, yaitu memperkenalkan sayuran dan buah kepada anak-anak, menu memasak sehat hari itu adalah salad daun slada segar yang dicampur dengan apel, anggur, timun, jagung manis, telur rebus dan smoked beef, lengkap dengan bumbu salad yang dibuat sendiri dari light cream cheese dan air perasan lemon.



Setelah kelas memasakku berjalan, perasan deg-degan yang sedari pagi aku rasakan berganti dengan rasa senang dan takjub!
Sungguh menyenangkan melihat 20 anak berusia 6 tahunan itu bersemangat menyiangi selada, mencuci sayuran dan buah, memotong sayuran dan buah, mengupas telur rebus serta mencampur dan membuat salad dressing sendiri.  Senang bisa mengajarkan tips-tips makan sehat yang sangat sederhana kepada anak-anak kecil ini. Geli melihat betapa mereka tercengang bahwa apel sebaiknya dimakan dengan kulitnya dan tidak dikupas. Geli melihat betapa mereka memprotes timun yang dimasukkan ke dalam salad tidak dibuang dulu bijinya. Takjub melihat kehandalan mereka memotong apel dan timun. Dst …






Bisa dibilang, pelajaran memasak makanan sehatku selama 1 jam bersama Kelas 1 SD Kembang Rabu lalu berjalan dengan lancar, menyenangkan dan seru. Semua anak terlihat antusias dan menikmati setiap kegiatan memasak yang ditugaskan.  Tapi lucunya, kebanyakan anak di Kelas 1 SD Kembang terlihat tidak terlalu antusias dengan keharusan mencicipi salad yang berhasil mereka buat sendiri. Bermacam-macam alasan diajukan untuk bisa menghidar dari keharusan mencicipi sayuran segar dalam salad. Misalnya, “Aku kan bawa catering hari ini”, atau, “Aku cuma suka brokoli”, atau, “Aku tidak suka timun”, atau, “Aku kan biasanya makan sayur cuma di rumah, waktu makan malam saja”. 
Mendengar alasan-alasan polos ini, sebelum acara makan siang dimulai, aku melempar “warning” kepada Ibu Guru kelas.  Sekedar mengingatkan kembali bahwa kemungkinan besar anak-anak muridnya nantinya tidak antusias, bahkan menolak, memakan salad sayuran dan buah segar yang sudah mereka buat. Untungnya Ibu Guru yang cantik ini memiliki prinsip yang sama dengan aku. yaitu: yang penting hari ini kami sudah berhasil memperkenalkan sayuran dan buah kepada anak-anak murid kelas 1, berhasil mengajarkan mereka cara membuat makanan sehat sederhana dan berhasil memberi mereka beberapa informasi dan pelajaran sederhana seputar pola makan sehat.
Kelas memasak makanan sehatku selesai jam 11.30.
Rasa senang yang aku rasakan masih berbekas hingga hari ini! 

Senang karena tugas mengajar berhasil aku lakukan dengan baik. Senang karena anak-anak menyukai kelas memasak makanan sehat yang aku berikan. Senang karena sudah berhasil berbuat sesuatu yang positif, walaupun sungguh kecil, di tengah permasalahan pola makan (diet) modern yang memprihatinkan, yang sekarang ini dihadapi oleh anak-anak di perkotaan pada umumnya.  Senang karena berhasil memberi asupan sayuran dan buah segar, walaupun sedikit, kepada anak-anak Kelas 1 SD Kembang ditengah pola makan (diet) modern yang minim serat yang biasa mereka lakoni.
Jam 1.30 di hari yang sama, ketika aku menjemput anak-anakku di sekolah, tanpa diduga-duga, aku disambut dengan riang gembira oleh beberapa anak Kelas 1 SD Kembang. Mereka berebutan bercerita. Sungguh kaget dan senang rasanya mendengar cerita dan komentar mereka. Dengan penuh semangat mereka berkata, “Aku suka saladnya”, atau “Aku habis lho makan saladnya”, atau “Aku tadi tambah 2 kali makan saladnya”, atau “Aku tadi makan saladnya sedikit-sedit, tapi nambah terus! Aku suka sekali sausnya”, atau “Aku mau ajak Mamaku bikin saladnya di rumah”.
Ah! These comments were precious and they surely made my day!

Anak-anak tidak mau makan dan tidak suka sayur? Artinya, kita belum melakukan yang terbaik untuk mengajar dan membiasakan makan makanan pemberian alam yang penuh nutrisi ini. Kuncinya sebenarnya ada pada diri kita, para orang tua. Kita harus konsisten, harus disiplin, harus terus berusaha. 

Coba resep-resep sayur yang rasanya "kids friendly". Libatkan mereka dalam berbelanja sayuran dan memasak. Jauhkan lidah mereka dari rasa gurih dan manis makanan kemasan/proses dan cepat saji, agar palet lidah mereka "bersih" dan bisa kembali merasakan rasa natural berbagai sayur. Dan yang penting, mulai ajarkan dan biasakan dari usia kecil. Jangan tunggu mereka besar, di saat opini dan kebiasaan yang sudah terlanjur terbentuk atau di saat palet lidah mereka sudah terlanjur "terkontaminasi" oleh makanan dan minuman modern". Dan yang penting, mulai dengan 1 langkah kecil, yang dilanjutkan dengan langkah-langkah kecil lainnya. Terus ... hingga kebiasaan terbentuk dan berjalan dengan sendirinya!





PS: 

Terima kasih banyak untuk Ibu Guru Kelas 1 SD Kembang yang sudah memberi aku kesempatan dan sebuah pengalaman yang sangat berkesan. Terima kasih Ibu Tia dan Ibu Ella. God Bless You!

Dan kalau ada yang ingin menggelar kegiatan yang sama di sekolah anak tersayang, let me know if I can help :) 



Wednesday, October 3, 2012

You don't need to fear fat, as long as you choose the right fat: the healthy fat.


Oct 2, '12 8:25 AM
for everyone



Zaman modern yang kita lakoni sekarang penuh sesak dengan makanan dan minuman kemasan “low fat” alias rendah lemak, yang sejak beberapa tahun lalu digembar-gemborkan baik untuk kesehatan dan dapat menolong menjaga berat badan dan bahkan menurunkan berat badan. 

Lihat saja di supermarket, misalnya. 

Potato chips (keripik kentang) belakangan muncul dengan versi baked (panggang) yang katanya rendah lemak karena tidak digoreng dalam minyak. Lalu, tidak ketinggalan, berbagai rasa dan jenis susu, es krim, yogurt dan keju muncul dengan versi low fat

Tidak hanya low fat, belakangan muncul pula makanan dan minuman skimmed, non fat, dll. Semua makanan dan minuman kemasan yang dinyatakan rendah lemak ini bagaikan jawaban indah bagi manusia modern yang kebanyakan berusaha keras sepanjang hidupnya untuk bertahan langsing atau menurunkan berat badan. Juga dianggap sebagai salah satu alat yang dapat menjaga kesehatan di tengah kehidupan manusia modern yang serba sibuk, minim gerak dan tinggi tingkat stress.

Tapi coba perhatikan kenyataan yang ada! Ditengah maraknya makanan dan minuman “low fat”, ukuran dan berat badan manusia modern malah terus membesar dan penyakit modern kronis semakin menjamur. Kita seharusnya bertanya, kemana perginya janji bahwa makanan dan minuman “low fat” baik untuk kesehatan dan dapat menjaga dan menurunkan berat badan????

Kali ini, mari kita bicara soal lemak, yang selama bertahun-tahun dianggap banyak orang (termasuk aku sendiri) sebagai musuh bebuyutan kesehatan dan berat badan. Bertahun-tahun, seperti kebanyakan orang, aku menghindari kacang-kacangan dan selai kacang, misalnya, karena kandungan lemaknya yang dikenal tinggi. Tapi sebaliknya, sering makan tempe goreng atau minum susu. Dan ini dilakukan tanpa banyak pikir karena beranggapan kedua makanan ini kaya nutrisi dan memilih versi rendah lemaknya. Prinsip dan perilaku yang justru salah kaprah kalau menurut ajaran pola makan Clean Eating.

Jadi begini ….

Dahulu kala (once upon a time), lemak (semua lemak, tanpa pandang bulu) dianggap tidak baik bagi kesehatan manusia dan karena itu harus jauhi. Padahal, ternyata, tidak semua lemak itu jahat dan tubuh manusia malah sebenarnya membutuhkan lemak yang baik, alias lemak sehat.

Ini yang aku pelajari setelah mempelajari dan menjalankan pola makan Clean Eating.

Sebenarnya, ada 2 macam lemak dalam hidup manusia modern, yaitu lemak yang jahat dan lemak yang baik (lemak sehat). Lemak jahat, bila dikonsumsi secara terus-menerus dalam periode panjang, dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, dari mulai kenaikan berat badan, penyumbatan arteri sampai penyakit jantung.  Jenis lemak jahat pertama yang dikenal dizaman modern ini adalah saturated fats, yaitu lemak yang banyak terdapat dalam makanan yang mengandung lemak binatang, antara lain cream, butter, keju, susu dan beberapa produk yang terbuat dari tanaman, antara lain minyak kelapa dan cokelat. Jenis lainnya adalah trans fat, atau yang biasa juga disebut unsaturated fat,  yang banyak terdapat dalam margarin, makanan cepat saji alias junk food, makanan kemasan dan makanan proses. Karena resiko kesehatannya, jenis lemak jahat ini memang patut kita jauhi.

Jadi, sebenarnya, tidak semua lemak itu jahat!  Dan kita perlu kita tahu juga, tubuh kita justru membutuhkan lemak sehat seperti tubuh kita membutuhkan protein, karbohidrat dan nutrisi.

Lemak sehat?

Lemak sehat, atau yang biasa juga disebut unsaturated fats, terdiri dari monounsaturated fatsdan polyunsaturated fats. Kedua jenis lemak sehat ini memiliki dampak positif bagi kesehatan kita, antara lain: dapat membantu menjaga stabilitas mood kita dan dapat membantu melawanfatigue (berdasarkan wikipedia adalah menurunnya kondisi fisik dan mental manusia sehingga menimbulkan rasa lelah, capek dan tidak bertenaga yang amat sangat dan berkepanjangan). Dan yang paling ajaib (untuk kita yang selama ini kebanyakan memusuhi lemak), ternyata lemak sehat malah dapat membantu menjaga berat badan kita tetap stabil (nah lho!!!). Jadi, banyak penelitian modern yang belakangan menyebutkan, tubuh kita tidak membutuhkan makanan dan minuman rendah lemak (atau bahkan non fat), tapi membutuhkan lemak sehat.

Mau tahu keuntungan lemak sehat? Salah satu efek baik dari monounsaturated fats danpolyunsaturated fats adalah menurunkan level kolesterol jahat dan meningkatkan level kolesterol baik. Polyunsaturated fats umumnya juga merupakan sumber omega 3 yang baik, yang banyak disebutkan mampu menurunkan tekanan darah, melawan kolesterol jahat, melawan inflamasi dan melindungi otak serta syaraf.


Jadi, mulailah berteman dengan lemak sehat karena banyak manfaatnya dan baik untuk kesehatan kita. Khususnya untuk omega 3, pastikan asupan kita mencukupi karena tubuh kita memang tidak dapat memproduksi omega 3 sendiri.   


Jadi, jangan takut untuk memakan selai kacang (peanut butter), pilih yang rendah kadar gulanya dan natural bila mungkin. Jangan takut untuk mengkonsumsi olives, kacang-kacangan (almond, pecan, pistachio, kacang mede), alpukat, biji wijen, beberapa jenis minyak (canola oil dan olive oil) untuk mendapatkan asupan monounsaturated fats. Untuk polyunsaturated fats, makanlah walnut, biji pumpkin (labu) dan biji bunga matahari, flaxseed, ikan (salmon, tuna), beberapa jenis minyak (safflower oil dan soybean oil). Sedangkan untuk omega 3, pilih ikan yang hidup di air dingin (salmon dan tuna misalnya), kacang-kacangan, biji-bijian, minyak dari tumbuhan.


Mulai sekarang, jangan percaya lagi dengan mitos lama yang salah kaprah!


Pola makan yang sehat bukanlah beralih ke makanan dan minuman yang dinyatakan “low fat”atau “non fat” sekalipunmelainkan untuk menghentikan konsumsi lemak jahat dan menggantikannya dengan konsumsi lemak sehat secara teratur dalam jumlah cukup.


Makanan dan minuman kemasan yang “low fat” maupun “non fat” bukanlah jawaban untuk menurunkan dan menjaga berat badan, apalagi jawaban untuk menjaga kesehatan. Makanan dan minuman modern yang rendah atau tanpa lemak malah sebaliknya memiliki kadar gula yang tinggi. Dan gula mendatangkan masalah tersendiri lagi yang tidak kalah buruk bagi kesehatan kita, antara lain: obesitas, diabetes tipe 2 dan banyak lagi.


Pola makan Clean Eating juga menganjurkan kita untuk mengkonsumsi lemak sehat yang diolah dengan cara yang sehat pula.


Jadi, makanlah kacang mede mentah atau yang dipanggang tanpa garam dan gula. Jangan makan kacang mede yang digoreng. Apalagi kacang mede yang dilumuri gula. Makanlah ikan salmon yang dimasak dengan sedikit olive oil, garam dan merica dan daun bumbu segar. Jangan makan salmon yang dimasak dengan banyak butter dan dimakan dengan cream yang dibuat dari susu, keju dan butter. Semua cara memasak yang tidak sehat memang membuat rasa makanan menjadi lebih lezat, tapi hanya akan membuat makanan yang tadinya sehat menjadi tidak sehat. Nutrisi yang terkandung dalam bahan makanan natural menjadi rusak dan bahkan hilang. Dan, kalori makanan menjadi bertambah akibat cara memasak dan bahan-bahan tambahan yang tidak sehat. What a waste …


Jadi tidak perlu takut makan lemak, selama kita memilih lemak sehat! 

Eat for health reasons, not for pleasure! Say NO to Modern Diet!


Sep 18, '12 10:51 PM
for everyone
Perjalanan ke Singapura kali ini aku isi dengan mengunjungi area residensial orang lokal. Melihat dan mengamati kegiatan mereka sehari-hari dan tentu saja melihat pola makan kebanyakan orang lokal. Jauh dari pusat belanja Orchard Road, jauh dari tempat-tempat  entertainment seperti Marina Bay Sands dan Sentosa Island. Aku pergi ke supermarket lokal, pasar lokal, pusat makan lokal,community center, taman, tempat olahraga dan tempat-tempat yang dilakoni penduduk lokal pada umumnya. Aku berkenalan dengan area yang biasanya tidak masuk dalam daftar kunjungan turis, misalnya Tanah Merah, Tampines, Pasir Ris dan Jurong East.
Dari apa yang aku lihat, pola makan penduduk negeri Singa ini tidak jauh berbeda dengan pola makan penduduk kota besar di Indonesia, yaitu diet (pola makan) modern.
Apa itu pola makan modern (modern diet)?
Berdasarkan buku-buku yang aku baca, pola makan modern adalah pola makan yang banyak dilakoni orang dimana-mana dizaman modern sekarang ini, yaitu: banyak mengkonsumsi karbohidrat sederhana (nasi putih dan tepung putih), banyak mengkonsumsi gula sederhana, banyak mengkonsumsi lemak tidak sehat (trans dan saturated fats), kekurangan lemak baik (monounsaturated dan polysaturated fats), kelebihan kalori, kekurangan air dan serat serta nutrisi.
Di Barat, pola makan modern diidentifikasikan sebagai pola makan gaya Western (Barat)Komposisi yang dimakan adalah seperti yang aku sebut di atas. Nama, bentuk dan rasa makanannya bergaya barat, misalnya: roti, pasta, keju, daging, kue, minuman soda manis kaleng, susu, krim, yogurt, dll. Penuh dengan makanan proses dan makanan cepat saji. Penuh dengan protein hewan yang diternakkan secara industri , yaitu dimana ternak tidak mengkonsumsi makanan natural mereka dari alam dan banyak menggunakan hormon pertumbuhan, antibiotik dan obat-obatan lainnya.
Banyak sumber yang menyebutkan, dan kita juga juga bisa lihat sendiri, sejak 10 tahun terakhir pola makan gaya barat sudah merambah keberbagai kota diseluruh penjuru dunia. Pola makan ini sudah diadaptasi diberbagai tempat dan kalangan dan sudah menjadi sebuah kewajaran, termasuk di negara-negara di Asia, terutama di kota-kota besarnya. Dari yang aku amati, Hong Kong, Singapura dan Jakarta, misalnya, pola makan kebanyakan penduduknya sudah sangat terpengaruh dengan pola makan ala barat. Sarapan pagi kini umumnya diisi dengan roti, sereal, daging proses dan susu. Pasta juga sudah menjadi salah satu sumber karbohidrat utama selain nasi putih. Konsumsi protein hewan, terutama daging sapi, bertambah besar porsi dan sering frekuensinya. Permen dan cokelat menjadi camilan sehari-hari. Air minum manis kemasan menjadi minuman utama dan sekaligus juga minuman selingan.
Dalam buku karangan Michael Pollan yang berjudul “In Defense Of Food” disebutkan bahwa pola makan gaya barat adalah salah satu penyebab utama semakin bertambahnya jumlah orang yang menderita penyakit obesitas dan penyakit kronis modern lainnya, antara lain: diabetes tipe 2, jantung dan kanker. Berbagai penelitian menyatakan bahwa pola makan yang kaya kalori dan gula sederhana serta miskin nutrisi dan serat ini menurunkan kualitas kesehatan tubuh manusia. Sel, organ serta sistem kerja tubuh kita menjadi cepat rusak dan akhirnya sakit akibat kurangnya asupan nutrisi.
Pernah dengar orang berkomentar, “Ah! Aku kan tidak makan pizza dan cheeseburger setiap hari. Setiap hari selalu makan nasi putih, kok!”
Memang, pola makan Asia yang sebenarnya tidak sama dengan pola makan Barat. Tapi, apakah lebih baik? Apakah lebih sehat?
Pola makan Asia juga sekarang semakin modern. Jadi, pola makan Asia yang dilakoni kebanyakan orang Asia, di kota-kota besar terutama, adalah pola makan Asia modern.
Mari kita lihat dan bedah pola makan Asia modern.
Sarapan pagi gaya Hong Kong? Biasanya mi, bakpao, bubur dan cakue. Telur dan daging seringkali tidak ketinggalan. Sarapan pagi gaya Singapura? Ada nasi lemak, roti prata, bakpao, mi, bubur, laksa dan kwetiau. Sarapan pagi gaya Indonesia? Bubur ayam, mi goreng, ketoprak dan nasi goreng misalnya.
Makan siang dan makan malam dihampir semua negara di Asia diisi dengan nasi putih yang ditemani lauk nabati dan lauk hewani. Ini fakta-faktanya:
-   jumlah konsumsi per sekali makan nasi putih orang Asia pada umumnya jauh melebihi takaran kebutuhan tubuh manusia yang sebenarnya;
-   lauk nabati dan hewani kebanyakan dimasak dengan cara yang tidak sehat, misalnya: dimasak dengan banyak minyak, dimasak dengan api yang sangat panas, dimasak dalam waktu lama, dimasak dengan santan, dll;
-   porsi lauk hewani makin hari makin membesar, sementara porsi lauk nabati makin lama makin hilang.
Dan Asia juga memiliki makanan proses dan makanan cepat sajinya sendiri. Pernah lihat dendeng atau sosis ala orang Asia? Pernah lihat makanan kecil kemasan ala orang Asia? Pernah lihat buah kaleng ala orang Asia? Pernah lihat minuman manis kemasan ala orang Asia? Jumlah dan jenisnya berllimpah ruah! Makanan cepat saji ala Asia juga tidak kalah banyak. Coba mampir ke food court  dan perhatikan makanan-makanan yang dijual: nasi goreng, martabak, nasi dengan ayam goreng, soto dengan kuah bersantan, mi goreng atau rebus, lontong sayur, bakwan, dll. Makanan-makanan tradisional ini kini sudah menjadi makanan cepat saji yang dijual diberbagai tempat.
Jadi sebenarnya, pola makan Asia ternyata tidak jauh berbeda dengan pola makan Barat. Tidak lebih sehat. Pola makan Asia juga tinggi karbohidrat sederhana (nasi putih, mi, dll), gula sederhana (minuman manis, kue, makanan kecil, dll) dan lemak tidak sehat (daging, santan, minyak goreng, dll). Kalori dalam makanan juga berlimpah berkat bahan serta cara memasak yang umumnya digunakan. Serat dan airnya minim (makan sayur yang menjadi penghias hidangan tidaklah cukup untuk tubuh kita!). Dan yang pasti, sangat minim nutrisi.
Jadi, jangan berpikir bahwa karena kita tidak setiap hari makan pizza atau cheeseburger maka pola makan kita lebih sehat dibanding orang Barat. Jangan berpikir karena badan kita kurus maka kita lebih sehat dibanding orang yang kelebihan berat badan. Walaupun nama, bentuk dan rasa makanan yang kita makan sehari-hari berbeda dengan orang di Barat, komposisi dan kandungannya sama, dan artinya resiko terhadap kesehatan juga sama. Mari buka mata! Jumlah penderita penyakit diabetes tipe 2 (bukan penyakit bawaan atau disebabkan oleh virus ataupun bakteri, tapi disebabkan karena pola makan dan pola hidup tidak sehat), jantung dan kanker di Indonesia semakin bertambah. Obesitas juga mulai meraja-lela, terutama pada kalangan anak kecil. Dan usia orang di Asia juga semakin pendek.
Kita yang tinggal di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, seharusnya lebih khawatir atas kesehatan dan kualitas hidup kita. Karena kenyataannnya, kita hidup dalam “lingkungan” yang tidak kondusif bagi kesehatan dan kualitas hidup kita.
Sumber makanan kita sebagian besar adalah warung, pasar dan supermarket. Semuanya tidak lepas dari campur-tangan industri makanan. Jadi, makanan proses ada dimana-mana. Murah dan mudah didapat. Kita terbiasa makan berdasarkan apa yang kita dengar atau lihat di media massa, terutama iklan yang isinya lebih banyak adalah kebohongan industri makanan. Pelajaran nutrisi di sekolah sangat minim dan masih salah kaprah. Makanan cepat saji juga mudah didapat dan murah. Dari mulai yang bergaya gerobak pinggir jalan sampai restoran mahal. Pola makan tidak sehat yang kita lakoni didukung pula oleh pola hidup tidak sehat lainnya. Yang paling utama adalah kurang gerak dan olah raga karena kota kita minim fasilitas yang layak untuk bergerak dan berolah raga. Stress harian di rumah, di perjalanan (macet yang tidak ada akhirnya), di sekolah dan di kantor. Kurang istirahat. Belum lagi rokok, polusi, kopi, teh dan alkohol. Ini semua menjadikan resiko kita terkena penyakit kronis modern semakin tinggi. Ingat! Penyakit kronis modern bisa dicegah (jauh lebih baik dan benar dibanding mengobati penyakit secara medis!),  dan cara terbaik untuk mencegah penyakit kronis modern adalah lewat pola makan sehat yang didukung dengan pola hidup sehat lainnya (olah raga teratur, istirahat, dll). Dan sebagai manusia beriman, kita harus berusaha dan berusaha sekuat tenaga demi hasil yang terbaik.
Tinggalkan pola makan modern. Makan makanan natural. Utamakan sayuran dan buah. Jangan makan berlebihan. Eat for health reasons, not for pleasure!

Be smart and eat smart for your health!


Sep 16, '12 11:27 PM
for everyone

Kemarin, jam 6 pagi, saat menunggu pesawat di bandara, aku duduk di samping seorang Bapak yang sedang sarapan pagi. Sambil membaca koran, si Bapak terlihat asyik melahap roti putih dengan butterdan selai, hash brown potato (semacam pancake kentang yang digoreng), sosis goreng, scrambled egg,secangkir kopi (yang sebelum diminum ditambahkan dengan susu dan gula putih) serta segelas besar jus jeruk kemasan.
Terlihat sehat dan penuh gizi bukan?
Menu di atas memang sering kita temui untuk sarapan pagi di kota besar, termasuk Jakarta. Di restoran cepat saji maupun bukan, di kedai kopi, di hotel, di rumah sakit, di pesawat terbang dan banyak lagi. Menu di atas disantap oleh banyak orang setiap harinya.
Padahal kalau dilihat dengan “kaca mata pintar”, justru sebaliknya! Sarapan pagi yang disantap oleh si Bapak malah jauh dari sehat.
Mari kita bedah!
Roti putih = karbohidrat sederhana yang bahan utamanya adalah tepung putih. Makanan ini malah akan membuat gula darah kita meroket dalam waktu sekejap. Menyebabkan, sejak pagi, pankreas kita sudah harus bekerja keras untuk mengeluarkan insulin untuk mengontrol gula darah. Naiknya gula darah akibat konsumsi karbohidrat sederhana ini 2 jam kemudian akan diikuti dengan turunnya gula darah secara drastis yang membuat kita merasa lapar dan merasa membutuhkan (craving) asupan karbohidrat sederhana lagi.
Selain itu, roti putih biasanya mengandung pula susu, telur dan gula pasir. Susu = protein dan lemak hewani dalam bentuk cair yang mengandung gula (lactose) yang tidak bisa kita cerna karena tubuh kita tidak lagi memiliki enzym cernanya, kolesterol, protein casein yang juga tidak sesuai dengan sistem metabolisme manusia, lemak hewani alias lemak tidak sehat serta bahan-bahan kimia yang digunakan dalam beternak sapi perah (hormon pertumbuhan, antibiotik, dll). Dan bahan yang terakhir dalam si roti putih adalah gula pasir = gula proses dalam bentuk sederhana yang juga akan membuat gula darah kita meroket dan turun drastis dalam waktu singkat, dan bersama dengan tepung putih membuat pankreas kita harus bekerja ekstra keras.
Butter (mentega dari susu sapi), sama dengan susu. Sebenarnya adalah protein dan lemak hewani dalam bentuk cairan yang sudah dipadatkan. Di dalamnya terkandung gula (lactose), kolesterol, proteincasein dan juga lemak tidak sehat. Dan jangan lupa, untuk rasa gurihnya, butter juga mengandung sodium.
Sekarang giliran kita “melihat” si selai buah. Judulnya sih sehat karena mengatasnamakan buah. Padahal, selai yang dimakan si Bapak di Bandara, dan juga dimakan oleh kebanyakan orang dizaman modern sekarang ini, adalah selai kemasan yang diproses dengan canggih oleh industri makanan. Judulnya boleh jadi selai buah, padahal di dalamnya tidak ada kandungan buahnya sama sekali. Jadi, selai yang dikonsumsi oleh si Bapak, isinya hanyalah gula proses dan dalam bentuk terburuk, yaitu high fructose corn syrup. Coba lihat keterangan kemasan dibotol selai. Bahan pertama yang disebutkan dalam keterangan bahan adalah gula. Artinya, bahan yang paling banyak digunakan dalam makanan ini adalah gula. Selain itu, selai kemasan juga mengandung bahan perasa, pewarna dan pengawet buatan. Jadi, selai yang dioleskan pada roti pada akhirnya hanya akan menambah jumlah gula yang masuk ke dalam tubuh kita. Kerja pankreas pun menjadi semakin berat karena banyaknya gula yang harus dikontrol.
Hash browned potato dan sosis gorengAku yakin, hash brown potato dan sosis yang disajikan di restoran, pesawat, hotel dan tempat-tempat lainnya, berasal dari produk kemasan, biasanya dalam bentuk makanan beku. Jadi, umumnya tidak dibuat dari kentang segar atau daging segar, dan tidak dibuat langsung di tempat. Apa isi hash browned potato dan sosis proses? Seperti makanan proses lainnya,  biasanya sudah di-modifikasi sedemikian rupa agar memiliki rasa, bentuk dan tekstur yang menyerupai makanan aslinya dan dapat membuat kita (manusia yang mengkonsumsi) suka dan bahkan lama-kelamaan ketagihan. Biasanya, bahan-bahan dasar yang digunakan dalam makanan proses jauh dari dugaan kita. Umumnya jagung, soya, gelatin, tepung putih, gula proses (kebanyakan high fructose corn syrup), sodium, zat perasa, pewarna dan pengawet.  Bahan-bahan yang bukannya baik bagi kesehatan kita, malah merugikan kesehatan kita. Jadi, hash browned potato kemasan jelas tidak memiliki nutrisi yang ada dalam kentang segar yang dimakan dengan kulitnya (yang sudah dicuci bersih tentu saja). Dan jangan lupa, hash brown potato dan sosis yang disajikan di restoran, pesawat, hotel dan tempat-tempat lainnya, umumnya digoreng dengan minyak yang tidak sehat yang merupakan trans fat yang setelah masuk ke dalam tubuh akan disimpan di dalam arteri.
Scrambled egg. Makanan ini bisa jadi “lumayan sehat” kalau saja dimasak dengan cara yang sehat,yaitu tidak menggunakan susu dan mentega. Tapi, scrambled egg yang disajikan di restoran, hotel, pesawat dan tempat-tempat makan lainnya umumnya tidak dimasak dengan cara yang sehat. Kebanyakan menggunakan susu (kerugiannya sudah disebutkan di atas) dan butter (kerugiannya juga sudah dijelaskan di atas). Bayangkan, dalam sebuah jenis makanan se-sederhana scrambled egg,ternyata banyak sekali kandungan lemak dan protein hewaninya. Artinya, kolesterolnya juga tidak main-main! Oya, scrambled egg bisa menjadi makanan yang “lumayan sehat” kalau menggunakan telur ayam kampung organik, artinya tidak mengandung hormon pertumbuhan, antibiotik dan bahan kimia lainnya. Lagi-lagi, pada umumnya, scrambled egg di di restoran, hotel, pesawat dan tempat-tempat makan lainnya menggunakan telur ayam negri yang murah harganya demi menekan biaya produksi makanan. Dan makanan yang paling murah di pasaran memang kenyataannya adalah makanan yang paling terkontaminasi oleh proses industri makanan, yaitu penuh dengan bahan-bahan kimia yang merugikan kesehatan kita.
Terakhir, kopi, dengan susu dan gula pasir, serta jus jeruk kemasan. Susu dan gula pasir sudah aku jelaskan di atas. Di dalam salah satu buku yang aku baca, kopi disebutkan dapat menstimulan kadar gula dalam darah yang akhirnya juga akan menambah beban kerja pankreas mengeluarkan hormon insulin untuk mengontrol gula darah. Dan jus jeruk kemasan? Biasanya dibuat dari gula, air dan perasa jeruk serta pewarna dan pengawet. Kandungan gulanya besar sekali, sedangkan kandungan vitamin C-nya minim sekali. Kebalikan dari kandungan buah jeruk segar. Dan kedua jenis minuman ini kenyataannya tidak akan dapat menjawab kebutuhan air dalam tubuh kita. Melepas haus dan keinginan mungkin bisa. Tapi, tubuh kita tidak akan memperoleh cairan yang dibutuhkan untuk berfungsi dengan benar. Jadi, minuman-minuman selain air putih, malah akan membuat tubuh kita kekurangan cairan (dehidrasi).
Kalau kita lihat komposisi sarapan pagi si Bapak, isinya penuh dengan karbohidrat sederhana (roti putih dan hash brown potato), gula sederhana (roti putih, kopi, jus jeruk, selai), lemak tidak sehat (sosis, minyak untuk menggoreng, susu, butter) dan protein hewani yang sebenarnya juga tidak terlalu “pas” dengan metabolisme kita (sosis, telur, susu, butter). Komposisi yang jauh sekali dari sehat! Tidak sama sekali mengandung kebutuhan utama tubuh manusia. Mana karbohidrat kompleksnya? Mana serat dan protein nabatinya? Mana lemak sehatnya? Mana airnya?
Jam 6.30 pagi, si Bapak terlihat puas dan kenyang setelah melahap habis sarapan paginya. Dia lalu bersender, melanjutkan korannya sambil menghirup kopi pesanan keduanya. Aaaahhhh! Pasti di dalam hatinya si Bapak berkata, “Life is good”. Jujur, aku juga dulu sering seperti itu. Makan tanpa “kaca mata pintar” tapi hanya mengikuti kepraktisan dan keinginan. Bukan hanya menu seperti si Bapak pagi itu, tapi juga bubur ayam, mi ayam, pancake dengan butter dan gula cair, nasi goreng, roti panggang dengan keju proses, dan makanan-makanan standar masa modern lainnya. Kenyang tapi sesaat! Kenyang tapi tidak bermanfaat sama sekali, bahkan merusak!
Jam 7 pagi, aku masuk ke dalam pesawat. Bersiap-siap untuk terbang. Ternyata, si Bapak yang tadi menumpang pesawat yang sama dengan aku dan ternyata tempat duduknya tak berapa jauh dari aku. 
Jam 8 pagi, pramugari pesawat menyajikan makan pagi.
Karena sudah makan pagi di rumah sebelum berangkat ke Bandara, aku hanya makan potongan buah dan kacang almond mentah (selalu aku simpan dalam tas dan aku bawa kemanapun aku pergi). Si Bapak? Dengan lahap mencicipi makanan yang disajikan. Menu pagi itu adalah roti putih, butter, nasi lemak lengkap dengan telur, teri dan kacang goreng, potongan buah, jus, kopi dan teh.
Coba pikir …
Setelah sarapan pagi lengkap jam 6 pagi tadi, si Bapak ternyata tetap mampu menghabiskan sarapan pagi lengkap lagi hanya dalam selang waktu 2,5 jam. Berat badan si Bapak memang tidak terlalu berlebihan, tapi coba bayangkan apa yang pagi ini (dan tiap pagi) harus dihadapi dan dikerjakan oleh organ-organ tubuhnya. Terbayang olehku betapa pankreas si Bapak harus bekerja sangat keras untuk mengatur semua gula yang masuk dalam rentang waktu hanya 2 jam.
Ingat! Organ-organ tubuh kita juga punya batas kemampuan, sama dengan mesin dan gadget yang kita gunakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Bila terus-menerus harus bekerja ekstra keras karena pola makan kita yang salah, lama-kelamaan organ-organ tubuh kita akan lelah dan rusak. Apalagi karena tidak mendapat asupan nutrisi yang sebenarnya diperlukan untuk membantu kerja dan menjaga kesehatan organ-organ tubuh kita secara natural. Dan apa selanjutnya yang menanti? Penyakit kronis! Hipertensi, penyakit jantung, kanker, diabetes tipe 2, gagal ginjal dan lain sebagainya.
Jadi, mari, biasakan diri untuk selalu melihat makanan dan minuman dengan “kaca mata pintar”. Kalahkan emosi dan gunakan akal sehat dan hati nurani (mmmm… rasanya prinsip ini berlaku sama untuk semua kegiatan dan aspek dalam hidup kita!).
Kembali ke pesawat yang aku tumpangi kemarin karena masih ada sedikit cerita yang tersisa...
Beberapa menit setelah pilot mengumumkan bahwa pesawat akan segera menurunkan tinggi jelajahnya untuk mendarat, si Bapak tadi memanggil pramugari yang bertugas. Tak lama kemudian, sekaleng minuman soda manis diterima oleh si Bapak. Tanpa basa-basi, si Bapak meminum minuman soda itu sampai habis! (kaleng kosongnya langsung diserahkan kembali ke pramugari yang kebetulan melintas). Yup! Jam 8.30 pagi, si Bapak menegak habis 1 kaleng minuman soda manis. Pola makan yang sangat memupuk penyakit kronis, terutama diabetes tipe 2 (jenis diabetes yang timbul akibat pola hidup tidak sehat, yaitu banyak mengkonsumsi karbohidrat dan gula sederhana yang mengakibatkan pankreas dan insulan over worked sampai akhirnya tidak lagi bisa berfungsi).
Melihat ini semua, aku hanya mengurut dada dalam hati dan bersyukur bahwa aku dan keluarga sudah melewati fase kehidupan seperti itu dan sudah meninggalkan kebiasan-kebiasaan kami yang salah dan tidak sehat. Dan setelah kami sekeluarga menjalankan pola makan Clean Eating, kami menjadi terbiasa untuk selalu memakai “kaca mata pintar” setiap kali memasak, memesan dan memilih makanan serta minuman, dan tentu saja pada saat makan. Semoga keputusan dan tindakan kami ini bisa 'membalik' kondisi kesehatan kami. Dari sakit menjadi sehat dan berfungsi dengan baik kembali.
So let’s be smart and eat smart for our own health!