Wednesday, October 3, 2012

Don't let your social life eat your life & your health! Be aware!

Apr 20, '12 1:51 AM
for everyone


Thank God it’s Friday!

Jadi teringat, dulu, hari Jumatku selalu penuh dengan rencana seru untuk Jumat malam dan akhir minggu. Acara bersama anak, keluarga, acara kumpul bersama teman, acara makan bareng, dll. Tapi itu dulu…

Kemarin aku menerima sebuah pesan dari teman yang bertanya kemana aku menghilang beberapa bulan terakhir ini. Obrolan singkat kami diakhiri dengan ajakan temanku untuk bertemu sambil ngopi. Aku jelaskan bahwa aku sudah berhenti minum kopi dan teh. Si teman lalu mengajak dinner. Tapi karena jamnya yang lewat batas jam makan malamku, terpaksa ajakan makan malamnya juga aku tolak. Masih belum menyerah, temanku akhirya mengajak minum cocktail bareng. Dan lagi-lagi harus aku tolak karena aku sudah berhenti minum alkohol. Lalu aku tawarkan untuk bertemu dan ngobrol di rumah saja. Jawaban temanku adalah, “Loe jadi ribet, ah! Kasi tahu kalau sudah boleh minum alkohol lagi, ntar gue traktir.”

Aku cuma bisa senyum-senyum sendiri.

Susah juga ya punya kebiasaan hidup dan makan yang tidak pada umumnya?!?!?
Lewat kejadian-kejadian kecil yang aku alami dengan saudara dan teman-temanku, aku jadi sadar, ternyata kehidupan sosial manusia memang sangat “ditopang” dengan kegiatan makan dan minum bersama. Majority, kalau orang bertemu dan berkumpul, kegiatan yang paling popular dilakukan adalah makan dan minum bersama. Sayangnya, dimasa modern sekarang ini, diperkotaan terutama, kegiatan makan dan minum bersama kebanyakan diisi dengan makanan dan minuman yang tidak sehat. Dan survey membuktikan, kebiasaan makan dan minum tidak sehat dalam kehidupan sosial manusia adalah salah satu kontributor terbesar obesitas dan penyakit-penyakit kronis lainnya.

Kenapa?

Ini beberapa alasan utamanya:

Kegiatan makan dan minum untuk bersosialisasi seringkali dilakukan di luar rumah. Mulai dari warung pinggir jalan sampai restoran bintang lima. Padahal, makanan restoran umumnya tidak baik untuk kita karena seringkali porsinya besar, menggunakan bahan-bahan yang tidak sehat  (seringkali dalam jumlah berlebihan) dan menggunakan teknik memasak yang tidak sehat. Karena ketiga hal ini, makanan restoran, seringkali mengandung kalori lebih banyak dibandingkan makanan sejenis tapi dimasak sendiri di rumah, dan sebaliknya mengandung nutrisi jauh lebih sedikit dibandingkan masakan rumah.

Selain itu, kegiatan makan dan minum untuk bersosialisasi seringkali membuat kita makan dan minum dalam porsi berlebihan. Yang biasanya di rumah kita cukup makan hanya dengan makanan utama saja, pada saat makan di luar rumah kita cenderung mengkonsumsi makanan dan minuman lebih banyak, misalnya makanan pembuka, makanan penutup, minuman penutup. Dan makanan serta minuman tambahan ini kebanyakan terbuat dari 2 zat yang paling merugikan tubuh dan kesehatan kita, yaitu : highly processed sugar dan highly refined carbohydrateEfeknya jelas, makanan dan minuman tambahan yang kita makan diacara-acara sosial kita hanya memberi tambahan kalori kosong yang tidak sedikit bagi tubuh kita dan memasukkan zat-zat yang merusak tubuh serta kesehatan kita. Sungguh kesenangan sesaat yang harus kita bayar mahal dengan kesehatan kita suatu hari nanti…

Kegiatan bersosialisasi yang sekarang sedang banyak digandrungi juga sangat melibatkan makanan dan minuman, yaitu tamasnya atau jalan-jalan kuliner. Dalam kesempatan ini, aku juga dulu senang sekali melakukan kegiatan ini bersama teman-temanku yang seminat, rem kendali makan badan kita sengaja di’non-aktifkan’ dan kapasitas lambung dimaksimalkan. Semuanya demi bisa mencicipi sebanyak mungkin makanan dan minuman baru dan enak bersama orang lain, bisa anak, keluarga, pasangan, teman atau komunitas.

Yang lebih beresiko lagi adalah kehidupan sosial manusia yang dilakukan di alam maya, yang sekarang ini dilakukan oleh banyak orang, baik anak kecil maupun orang tua. Anak kecil terutama. Perhatikan, sekarang banyak sekali anak kecil yang menghabiskan waktu berjam-jam di depan komputer bermain game dan bersosialiasi di dunia maya. Ini kebiasaan yang sangat tidak sehat. Survey juga membuktikan, orang yang setiap harinya banyak menghabiskan waktunya di depan komputer lebih mudah naik berat badannya dan terkena penyakit karena (1) kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman tidak sehat selama menggunakan komputer (processed food dan junk food), dan (2) kurang gerak dan olah raga.

Selama 8 bulan keluarga kami menjalankan pola hidup sehat, mau tidak mau, kami harus merubah seluruh pola hidup kami.

Daripada kongkow-kongkow atau main komputer atau nonton TV, kami memilih untuk memakai waktu luang kami untuk olah raga atau melakukan aktivitas sederhana yang banyak melibatkan aktivitas fisik, misalnya mencuci mobil, membereskan rumah, dll. Selain itu, kami juga “membela” waktu untuk istirahat. Ajakan-ajakan untuk makan dan minum bersama dari saudara dan teman mau tidak mau banyak yang kami tolak. Ajakan dan undangan yang tidak sesuai dengan jadwal makan harian kami juga kami hindari. Kalaupun kami bertemu dengan saudara dan teman, kami pilih untuk bertemu di rumah. Bila ingin makan bersama saudara dan teman, aku juga memilih untuk masak sendiri untuk dimakan bersama di rumah. Dengan begitu, aku bisa memastikan (1) bahan makanan yang digunakan adalah bahan-bahan natural yang kaya nutrisi, (2) porsi penyajian tidak berlebihann, dan (3) makanan dimasak dengan teknik memasak yang baik (mentah, kukus, rebus atau panggang).

Menghadiri undangan pesta, kawinan atau ulang tahun misalnya, juga kami siasati. Kami selalu makan di rumah terlebih dahulu sebelum pergi ke pesta, sesuai jadwal makan harian kami. Dengan cara ini, kami bisa pastikan (1) kami makan sesuai jadwal, (2) makanan yang kami makan tetap makanan sehat yang nutrisinya tinggi, dan (3) jumlah (porsi) makanan yang kami makan juga tidak berlebihan. Di pesta sendiri, biasanya kami tidak perlu makan lagi karena sudah kenyang dengan makanan yang kami makan di rumah. Bila pesta yang kami hadiri tidak terlalu besar atau sitting dinner partykami coba untuk mencari kesempatan untuk menjelaskan pola makan kami kepada tuan rumah. Dengan demikian, pada saat pesta berlangsung, tuan rumah tidak berasumsi ataupun tersinggung karena melihat kami tidak makan seperti tamu lainnya. Dan disisi lainnya, kami pun tidak perlu melakukan sesuatu yang bertentangan dengan prinsip dan keinginan kami demi menyenangkan orang lain. Dari awal sampai sekarang, jujur, urusan menjelaskan kepada tuan rumah acara/pesta tidak pernah mudah, apalagi kami hidup di tengah masyarakat yang budaya sopan-santunnya masih didominasi dengan budaya orang timur. Tapi kami belajar dari pengalaman selama 8 bulan terakhir: komunikasi, berterus-terang dan mempersiapkan tuan rumah adalah lebih baik untuk kedua pihak.

Pola hidup yang berubah juga aku berlakukan sama kepada kedua anakku (5 th dan 11 th). Mungkin banyak dilihat orang sebagai ibu yang terlalu disiplin? Tidak apa-apa. Yang penting anak-anakku belajar hidup sehat dari kecil. Supaya mereka terbiasa dan bisa. Dan supaya kebiasaan ini mereka bawa sampai mereka dewasa dan berkeluarga nanti.

Kalau anak-anakku diundang ke pesta, aku selalu pastikan mereka makan terlebih dahulu di rumah. Hasilnya? Karena sudah makan makanan seimbang di rumah, anak-anak jadi mendapat lebih banyak waktu dipesta untuk bermain. Seringkali aku membekali anak-anak dengan bekal snack makanan sehat, terutama buah segar, pada saat mereka pergi ke pesta, termasuk pesta ulang tahun. Dengan cara ini, anak-anak terhindar dari makanan dan minuman kecil yang tidak sehat yang biasanya disediakan di pesta-pesta anak kecil (apalagi yang digelar di restoran fast food) dan tetap terjaga jadwal makan sehatnya. Izin “green light” yang aku berikan kepada anak-anak pada saat mereka menghadiri pesta ulang tahun adalah memakan 1 potong kecil kue ulang tahun. Tapi tetap dengan pembatasan: don’t eat to much of the sweet icing, because sugar is bad for youMinum minuman kemasan di pesta (soda, jus, dll) adalah off limit bagi anak-anak. Basicallylewat pola hidup bersosialisasi yang baru ini, aku ajarkan kepada anak-anakku untuk be excited dengan hal-hal selain makanan dan minuman dalam sebuah pesta. Pesta itu bukan makan dan minum enak atau sepuasnya, melainkan bertemu dan bermain bersama saudara dan teman.

Dari pengalaman aku belajar, untuk mencegah dan melawan obesitas, bukan hanya pola makan yang harus dibenahi total. Tapi keseluruhan pola hidup, termasuk pola kehidupan sosial, yang sangat besar pengaruhnya terhadap pola makan kita. Dan perubahan secara keseluruhan ini tidak hanya efektif mencegah atau melawan obesitas, tapi juga efektif mencegah dan melawan penyakit-penyakit kronis lainnya yang sekarang sudah menjamur dimasyarakat modern.

Kalau dibilang sekarang kami menjadi kurang popular dimata saudara dan teman untuk diajak berkumpul, mungkin ada benarnya. Tapi menurutku, selama semuanya masih dalam batas wajar dan tidak merugikan kami maupun orang lain, tidak apa-apa. Kami tidak berhenti bersilaturahmi dengan saudara dan teman, kami hanya mengurangi frekuensi pertemuan yang melibatkan kegiatan makan dan minum bersama. Dan untuk kesehatan badan yang lebih total serta kehidupan yang lebih berkualitas, kami dengan senang hati dan rela melakukan perubahan ini. Penyesalan kami hanya satu: kalau saja kami tahu sejak dulu, perubahan ini akan kami lakukan sejak dulu. I guess that's what it's called "a wake up call"...

Yes, we are aware that we are social creatures, but we’ve decided not to let our social life eat us up, especially our health!

Have a great weekend!

No comments:

Post a Comment