Wednesday, October 3, 2012

Stop living in an industrialized diet. It's junk & it's making us sick!


Aug 3, '12 6:15 AM
for everyone
Beberapa hari lalu aku bertemu dan berbincang dengan teman baik. Ditengah-tengah obrolan seputar pola makan sehat yang sekarang aku jalankan, teman baikku melontarkan pertanyaan, “Memangnya dulu sebelum makan sehat kamu makan apa, sih?”
Pertanyaan bagus!
Jawaban yang aku berikan awalnya membuat temanku bingung. “Lho … itu kan makanan normal? Semua orang kan makan itu?”, katanya.
Setelah aku jelaskan lebih lanjut mengapa makanan dan minuman, yang dianggap normal dan dimakan serta diminum oleh kebanyakan orang itu, justru sebenarnya berbahaya bagi kesehatan manusia, reaksi teman baikku hampir sama dengan reaksi kebanyakan orang yang pernah berbincang dengan aku mengenai pola makan sehat Eating Clean, yaitu: sulit untuk percaya dan sulit untuk menerima informasi yang diberikan karena bias dengan selera, kesukaan dan kebiasaan makan yang selama ini sudah terbentuk.
“Makanan yang digoreng itu tinggi kalori serta tidak ada nutrisi? Tapi aku suka sekali makan gorengan, apalagi pakai cabai rawit. Nggak mungkin hidup tanpa makan gorengan”.
Atau,
“Aduh! Mentega dan gula tidak sehat, ya? Tapi martabak manis kan enak sekali… Aku nggak mungkin berhenti makan martabak manis”.
Komentar-komentar lucu seperti ini sudah sering aku terima sebagai reaksi dari jawaban dan penjelasan yang aku berikan atas pertanyaan seputar pola makan sehat Eating Clean. Membuat aku berpikir, inilah manusia modern kebanyakan. Seringkali mengutamakan emosi dan kesenangan pribadi dalam hidup tanpa berpikir panjang terhadap dampak yang ditimbulkan, baik untuk diri sendiri, keluarga maupun orang lain dan lingkungan hidup. Karena sifat inilah akhirnya penyesalan seringkali datangnya terlambat bagi kita, manusia.
Kembali ke pertanyaan teman baikku.
Apa yang dulu aku makan dan minum sebelum merubah pola makan menjadi pola makan sehat Eating Clean?
Jawabnya adalah: sama dengan yang dimakan dan diminum oleh kebanyakan manusia modern perkotaan, yaitu selain sayur dan buah seadanya, banyak dan rutin mengkonsumsi makanan dan minuman ciptaan industri makanan yang ternyata tinggi kalori, terbuat dari karbohidrat sederhana, tinggi sodium, tinggi gula, tinggi trans fat, mengandung zat adiktif, zat pewarna dan zat pengawet.
Ini dia contohnya.
Dulu aku selalu belanja untuk persediaan di rumah: yogurt kemasan, minuman yogurt, keju olahan, es krim, susu segar, jus buah dan jus sayur kemasan, minuman pre-biotik, sirup, kopi dengan gula dan krim, teh seduh, minuman soda manis, minuman alkohol, keripik kentang, kerupuk, cokelat batangan, kacang goreng, biskuit, permen, pasta dari tepung putih, nasi putih, roti putih, mi instan, butter, mentega, selai buah dan selai cokelat, daging import yang dikenal sebagai Corn Fed Beef, sosis,smoked beef, bakso, mie kuning, bihun, sereal sarapan, kecap manis, bumbu masakan kemasan dan banyak lagi!
Dulu aku juga terbiasa makan dan minum makanan serta minuman jadi yang banyak digemari orang di Jakarta, misalnya: martabak asin atau manis, gorengan, soto, nasi goreng, sup buntut, bebek goreng, opor ayam, rendang, mi bakso, siomay, dim sum, kue, cupcake, es campur, cendol, kolak, bubur ayam, roti bakar, pisang goreng, susu soda, milkshake,  frozen yogurt (yang terlihat sehat dengan toppingbuah), lontong sayur, ketoprak, pizza, cheeseburger, roti manis dan pancake dari tepung putih dan banyak lagi makanan dan minuman yang sekarang ini bisa didapat dimana saja di kota besar seperti Jakarta.
Apa yang salah dengan makanan dan minuman ini? Toh memang makanan dan minuman ini yang dijual dimana-mana dan dimakan oleh semua orang. Dan kebanyakan orang terlihat baik-baik dan sehat-sehat saja. Tidak semua orang mengalami obesitas, diabetes, penyakit jantung atau kanker, toh? Padahal terbiasa mengkonsumi makanan dan minuman yang disebutkan di atas tadi.
Jawabnya adalah: makanan dan minuman ini adalah makanan dan minuman hasil rekayasa industri makanan yang mengandung kalori tinggi namun minim nutrisi dan mineral. Makanan dan minuman yang selalu aku beli untuk persediaan di rumah kenyataannya dibuat dengan menggunakan bahan-bahan modifikasi buatan manusia yang sebenarnya jauh dari bahan aslinya. Makanan dan minuman ini banyak mengandung bahan yang membahayakan kesehatan kita yang tadi sudah aku sebutkan: karbohidrat sederhana, gula, sodium, trans fat, bahan perasa, zat pewarna dan zat pengawet.
Contoh.
Sebuah merek strawberry flavoured yoghurt yang dijual dipasaran  berdasarkan keterangan yang tertera pada label kemasan, sebenarnya mengandung bubuk soya, bubuk susu (dari sapi perah yang dicekoki pakan jagung, hormon dan antibiotik), gula, high fructose corn syrup, zat pengental, zat pewarna, zat pengawet dan zat perasa (rasa strawberry). Ironisnya, berdasarkan kandungan yang tertulis pada label kemasan, ternyata makanan yang diberi nama strawberry flavoured yoghurt itu ternyata sama sekali tidak mengandung buah strawberry segar sama sekali. Ini yang membuat sistrawberry flavoured yogurt batal menjadi makanan sehat sebagaimana yang kita kira selama ini! Bukan salah kita sebenarnya! Karena tampilan, warna, tekstur, rasa dan bau si makanan memang dirancang sedemikian rupa oleh industri makanan sehingga menipu panca indera kita.
Kebanyakan makanan dan minuman jadi di restoran juga dibuat dengan menggunakan bahan-bahan makanan karya industri makanan yang mengandung kalori tinggi namun minim nutrisi dan mineral serta mengandung berbagai bahan yang membahayakan kesehatan kita. Selain itu, makanan dan minuman di restoran pada umumnya diolah dengan teknik memasak yang tidak sehat, deep friedmisalnya. Lalu, dibuat dengan porsi berlebihan. Dan tidak ketinggalan, seringkali menggunakan penyedap makanan (MSG).
Berikut kutipan dari sebuah buku yang baru saja selesai aku baca “Not On The Label” karangan Felicity Lawrance. Sebuah buku yang memuat banyak sekali informasi yang mengejutkan seputar industri makanan. Membaca buku ini membuat aku semakin yakin dan semakin rela untuk meninggalkan semua makanan dan minuman kemasan dan olahan (processed food) dan juga makanan jadi yang dijual diberbagai restoran.
“Industrialized diets encourage the consumption of too much of the wrong sorts of energy-dense food, saturated and processed fats, highly refined carbohydrates and sugars which load us with calories without providing nutrients. These energy-dense foods have replaced the unrefined ones that we need to provide the essential vitamins, minerals and fats vital for health – fresh fruit and vegetables, fish, nuts and seeds, and unrefined carbohydrates. It is hard to get fat on unrefined foods, because their natural bulk fills us up. When we eat highly processed energy-dense food, however, our body may fail to realize when we have had enough. And a product like high-fructose corn syrup may even be metabolized in a different way to other foods. It appears not to need to be broken down in the way that other sugars are, but to be delivered straight to the liver and turned into fat”.
Lalu, aku kutip lagi:
“The fresh (note: natural) foods which provide vital nutrients, the vitamins, minerals and essential fatty acids we need for health, are being replaced by large quantities of hardened fats, sugars and salt. Our industrialized diet is now known to be a major contributor to disease. We are being fed junk and it is making us sick”.
Diet gaya industri modern kan pola makannya orang-orang di negara barat dan maju? Salah! Coba lihat sekeliling kita: buka mata, buka pikiran! Berikut informasi yang dimuat dalam buku yang sama:
“As Western diets high in fats, sugars and salt are adopted in developing countries, the same Western patterns of disease emerge. The dramatic rise in consumption of fats and sugars (note: in form highly refined carbohydrates and sugars and also high-fructose corn syrup) in China and India that has crept in with industrialization and urbanization, for example, is mirrored by an equally dramatic and alarming rise in cardiovascular disease, obesity and diabetes in those countries”.
(Maaf, aku tidak menggunakan terjemahan. Aku rasa pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang akan lebih “terasa” dengan menggunakan bahasa aslinya).
Anyway…
Bukan hanya buku ini yang mengangkat fakta dan informasi mengenai tidak sehatnya makanan dan minuman modern karya industri makanan. Sebenarnya banyak sekali buku, artikel, berita dan sumber informasi dalam bentuk lainnya yang memberi fakta dan informasi yang sama kepada kita. Tapi memang kenyataannya, fakta dan informasi yang sudah banyak beredar masih banyak dipandang sebelah mata. Terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Kedengarannya mustahil dan mengada-ngada. Banyak orang berkomentar, “Kalau mau didengarkan dan diikuti, lalu kita bisa makan apa dong?” Atau komentar sesederhana, “Repot, ah!”
Aku sendiri, menerima teori ini. Kenapa? Karena aku sudah mengalami sendiri.
Keluargaku (aku, kakak, adik dan orang tua) hidup bertahun-tahun dengan mengadaptasi “industrialized diets” atau “western diets high in fats, sugars and salt”. Hasilnya? Ayah, ibu dan kakakku, semuanya meninggal diusia muda karena penyakit kanker.
Keluargaku sendiri (aku, suami dan anak-anak kami) sempat hidup dengan meneruskan gaya hidup modern yang aku pelajari dari kedua orang tua kami, yaitu “industrialized diets” atau “western diets high in fats, sugars and salt”. Bahkan lebih modern dibandingkan pola hidup yang aku jalankan dengan kedua orang tuaku dulu ketika aku kecil, yaitu karena jumlah dan jenis makanan serta minuman modern yang semakin berlimpah dan mudah didapat sekarang ini.
Hasilnya?
Suamiku menderita obesitas, asam urat tinggi dan pembengkakan lever. Anak pertamaku menderita obesitas dan gangguan hormon pertumbuhan. Anak keduaku memiliki asma kulit, sangat moody dan sangat pemilih dalam hal makan (picky eater). Aku sendiri? Terkena penyakit yang paling aku takuti: kanker, gagal pencernaan dan adrenal fatigue. Semuanya akibat pola hidup yang tidak sehat, kurang olah raga, kurang istirahat, sehari-hari dilanda stress orang perkotaan dan yang paling utama: pola makan yang tidak sehat.
Pengalaman kami membuktikan sendiri. Disaat kami memutuskan untuk menghentikan obat-obatan dokter, pola hidup sehat, terutama pola makan sehat, berhasil menolong kami dan memperbaiki kondisi kesehatan kami.
Pilihan untuk percaya atau tidak memang pilihan setiap individu!
Beruntunglah mereka yang sudah diajarkan dan dibiasakan untuk hidup dan makan sehat sejak kecil oleh orang tuanya. Aku sendiri kurang beruntung. Pelajaran hidup dan makan sehat baru aku dapatkan setelah mendapatkan “pil pahit”. Untung belum terlambat.
Jadi, mari memilih! Berhenti menjadi orang yang tidak peduli. Sebelum terlambat!
Kita bisa pilih untuk peduli, belajar, mencari tahu, mendengar, mencerna, menerima dan merubah pola hidup dan pola makan kita sebelum penyakit datang menghampiri dan sebelum terlambat. Atau, kita bisa tetap tidak peduli dan baru melakukan sesuatu bila penyakit sudah datang menghampiri. Bila jalan yang kedua yang kita pilih, mari kita berdoa agar nantinya kita masih diberi waktu dan kesempatan.
Jadi sekali lagi, mari memilih! Untuk diri dan keluarga kita sendiri, bukan untuk orang lain!

No comments:

Post a Comment