Wednesday, October 3, 2012

Saigon: a modern city with traditional & healthy eating habit. A great habitat for a human being in the modern era.


May 16, '12 9:19 AM
for everyone


Sepintas kota Ho Chi Minh, dulunya disebut Saigon, mirip dengan Jakarta. Sibuk, modern, panas dan banyak motor di jalan. Tapi kalau diperhatikan benar-benar, ada beberapa perbedaan yang bikin aku takjub.

Salah satunya adalah: selama 5 hari di kota ini, aku jarang sekali melihat orang yang kelebihan berat badan, apalagi obese. Dan setelah 5 hari melihat dan memperhatikan kota yang jalan rayanya ramai dengan suara klakson ini, aku mengerti kenapa obesitas tidak menjadi epidemik di kota ini.

Satu hal penting yang aku perhatikan adalah tidak banyak restoran cepat saji ala barat yang ada di Saigon. Selama berkunjung, aku hanya melihat beberapa outletKFC, Pizza Hut, Coffee Bean dan Jollybee di Saigon. Tidak terlihat satupun restoran Mc Donalds. Ini mengingatkan aku akan Jakarta 20 tahun yang lalu, yaitu saat Jakarta belum dibanjiri dengan restoran cepat saji ala barat. Dan satu hal lagi, restoran-restoran cepat saji ala barat yang aku lihat di Saigon kecil ukurannya, sederhana (tidak ada playground dan cafĂ©-nya) dan pengunjungnya tidak pernah mem-bludag. Terlihat jelas bahwa restoran cepat saji ala barat di Saigon kalah pamor dengan restoran cepat saji tradisional mereka.

Selama menyusuri  kota ini aku bisa lihat bahwa orang di Saigon menyukai makanan cepat saji, namun makanan cepat saji tradisional mereka, bukan makanan cepat saji ala barat yang 10 tahun terakhir meraja-lela diberbagai kota di dunia. Berbeda dengan minimnya restoran cepat saji ala barat, penjual makanan cepat saji tradisional bisa ditemukan diseluruh penjuru kota, mulai dari penjual dengan keranjang kecil, pikulan, sepeda, sampai Ca Phe (warung) kecil di trotoar dan restoran.


Makanan cepat saji tradisional di Saigon, walaupun disajikan dengan nasi putih ataupun mi, selalu menggunakan banyak sayuran. Bahkan seringkali porsi sayur yang dihidangkan lebih banyak dibandingkan porsi nasi atau mi-nya. Mencoba berbagai jenis makanan cepat saji tradisional di Saigon membuat aku sedikit iri. Makanan sehari-hari mereka sederhana namun selalu menggunakan bahan natural yang segar. Lauk sayuran mereka sangat beraneka ragam dan umumnya diolah dengan cara sederhana namun sehat, yaitu mentah, rebus dan tumis. Jenis sayuran yang mereka gunakan untuk makanan sehari-hari juga sangat bermacam-macam. Bahkan banyak sayur yang belum pernah aku lihat dan tidak aku ketahui namanya. Dan sungguh menakjubkan melihat bagaimana mereka mengolah hampir seluruh bagian dari sebuah tanaman menjadi masakan yang rasanya sangat enak, mulai dari daun, bunga, kulit sampai buahnya.

Hal lainnya yang aku perhatikan selama mengunjungi Saigon adalah betapa orang-orang di Saigon sangat menyukai buah segar sebagai makanan penutup atau makanan selingan (snack). Buah segar lokal berlimpah dimana-mana di kota ini. Dijual dengan  keranjang, sepeda, tikar, tenda, pikulan dan lain sebagainya. Di jual di pinggir jalan, kantin, pasar sampai restoran. Jenis, rasa dan tekstur buah lokal mereka luar biasa. Di kota ini, kita bisa dengan mudah menemukan berbagai buah tropis seperti yang ada di Indonesia, antara lain: manggis, jeruk bali (pomelo), rambutan, mangga, pisang dan durian. Namun yang mengejutkan, buah yang biasanya sulit didapat didaerah tropis juga mudah didapat di kota ini dan tidak mahal harganya. Misalnya cherry, berry, dll. 






































Bicara soal makanan selingan, selama di Saigon aku melihat kebanyakan orang di Saigon punya kebiasaan makan sore, terutama di Ca Phe kecil yang bertebaran di pinggiran jalan. 

Kebiasaan makan selingan disore hari mereka lagi-lagi didukung dengan berlimpahnya makanan kecil tradisional yang dibuat dengan sederhana dan menggunakan bahan-bahan natural. Mulai dari bubur kacang hijau, bubur kacang merah, berondong kacang, biji lotus, rumput laut, bubur barley, pisang bakar, jagung rebus, jagung kupas, singkong rebus, kelapa dan masih banyak lagi. Dari berbagai makanan kecil yang aku sempat coba, ternyata makanan kecil tradisional mereka selain enak rasanya, juga (1) tidak terlalu manis (tidak menggunakan terlalu banyak gula), (2) tidak banyak menggunakan santan, krim, keju ataupun susu,  (3) kebanyakan menggunakan bahan-bahan natural segar yang kaya serat dan gizi, dan (4) kebanyakan diolah dengan cara sederhana, yaitu: mentah, kukus, rebus dan panggang. Sama dengan buah, makanan kecil tradisional juga bisa ditemukan dimana-mana di kota ini. 

Dan sebaliknya, makanan kecil modern ala barat sangatlah terbatas. Selama di sana, aku tidak melihat satupun toko Dunkin Donut, Crispy Cream, Red Mango, dll. Dan kota ini juga tidak dilanda “demam” macaroon, cupcake ataupun kue Red Velvetseperti yang sedang terjadi di Jakarta.























Dari apa yang aku lihat, kota ini sangat berlimpah persediaan makanan natural dan segarnya, baik yang berupa bahan mentah maupun dalam bentuk makanan jadi. Modernisasi kota ini tidak membuat habitat hidup orang-orangnya menjadi terkontaminasi dengan makanan modern yang palsu dan merugikan kesehatan manusia, yaitu makanan proses dan makanan cepat saji. Dan orang-orangnya, walaupun sibuk dan hidup dengan gaya hidup manusia modern, kebanyakan tidak meninggalkan pola makan tradisional mereka yang sehat, yaitu pola makan yang diisi dengan makanan natural yang kaya serat dan nutrisi.

Sungguh sayang, sebenarnya sayuran dan buah-buahan yang ada di Indonesia juga sangat bermacam-macam,  tapi kenapa cara pengolahan kita kenapa kalah kreatif? Kenapa minat kebanyakan orang perkotaan seperti Jakarta terhadap sayuran dan buah-buahan semakin berkurang? Makanan tradisional kita juga sangat beraneka ragam, tapi kenapa keberadaan makanan-makanan ini, terutama diperkotaan, tergeser oleh gaya hidup modern dan makanan-makanan modern? Dan kenapa kita membiarkan banyak makanan tradisional kita yang sebenarnya sehat berubah menjadi tidak sehat karena sudah terkontaminasi dengan bahan dan cara masak modern?

Serangan industri makanan (makanan proses dan cepat saji) bukannya tidak ada di Saigon, tapi terlihat jelas belum berhasil menggeser pola makan sayur dan buah yang sudah sangat mendarah daging. Minuman soda manis memang mulai merambah Ca Phe tradisional mereka yang bertebaran diseluruh penjuru kota, tapi tidak membuat air jeruk peras segar, air kelapa segar dan teh hijau asli terlupakan. Dan yang jelas, papan iklan minuman kemasan tidak bertebaran di Saigon. Artinya, orang Saigon, terutama anak-anak kecilnya, tidak 'tercuci otaknya' dengan 'janji-janji' dan fakta-fakta palsu minuman kemasan.

Supermarket dengan makanan-minuman proses terlihat masih kalah pamor dengan pasar tradisional yang menjual berbagai bahan natural segar, dari mulai sayur dan buah sampai berbagai jenis kacang-kacangan yang sehat seperti almond, pecan, hazelnut, cashew, dll.

Dan tidak hanya kota ini belum terkontaminasi dengan makanan proses dan makanan cepat saji seperti Jakarta, kota ini juga masih memberi banyak kesempatan kepada orang-orangnya untuk menggerakkan badan. Jalan raya di kota ini memang penuh dengan motor, tapi kota ini punya trotoar yang lebar, terawat dan bersih untuk pejalan kaki (bukan untuk penjaja kaki lima). Taman kota dan pohon rimbun juga ada diberbagai tempat. Polusi udara dan kemacetan juga tidak terlalu parah karena jumlah mobil di jalan raya juga tidak terlalu banyak. Budaya berjalan kaki dan naik sepeda kumbang juga masih sangat hidup dan dijalankan oleh orang-orang di Saigon.

Dari apa yang aku lihat, Saigon, yang sekarang dikenal sebagai Ho Chi Minh City, adalah sebuah kota modern yang tetap memberi kesempatan kepada warganya untuk hidup sebagai manusia yang sehat. Makan sehat dan bergerak adalah bagian dari keseharian orang-orang di Saigon. Dan untuk para turis yang datang berkunjung, Saigon tidak hanya memberi kesempatan wisata yang penuh petualangan dan eksotis, tapi juga sehat.

Saigon: The heat, the smell, the sound, the tastes, the heritages, the local life, the fresh & natural goodness, the nature, the beauty, the language barrier ... All melt into 1 overwhelming place! It is a great travel destination in Asia!


No comments:

Post a Comment