Wednesday, October 3, 2012

Ganti nasi putih ke nasi cokelat/merah. Kalau ada pilihan yg sehat, kenapa pilih yang tidak sehat?

Mar 26, '12 10:15 PM
for everyone

Baca surat kabar Kompas kemarin?

Di halaman 32 ada berita singkat tentang Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dan himbauannya mengurangi konsumsi nasi putih.

Pak Gita menyatakan bahwa pola konsumsi nasi putih yang berlebihan dan konsumsi gula yang banyak, membuat banyak warga Indonesia terserang diabetes. Menurut Pak Gita juga, Indonesia kini berada di posisi keempat dunia sebagai Negara dengan pengidap diabetes terbanyak, yaitu sekitar 8,4 juta orang. Dan diakhir berita singkat tersebut diceritakan pula bahwa saat makan siang minggu sebelumnya, semua pejabat Kementerian Perdagangan dan wartawan disuguhi beras merah.

I salute you, Pak Gita!

Ada apa sebenarnya dengan nasi putih yang sangat dicintai oleh orang Indonesia?

Dan apa efeknya terhadap kesehatan kita?

Nasi putih adalah salah satu jenis karbohidrat, yang berdasarkan berbagai informasi yang aku baca terbagi atas 3 jenis, yaitu:
-        karbohidrat manis atau mengandung gula
-        karbohidrat mengandung tepung
-        karbohidrat tidak mengandung tepung

Karbohidrat manis atau mengandung gula banyak ditemukan dalam makanan yang rasanya manis, antara lain: gula, madu, sirup, buah kering maupun segar, jus buah, susu, minuman kemasan, kue, pastry, cookies dan makanan apapun yang menggunakan bahan dasar gula.

Aku kutip informasi dari buku Adrenal Fatigue yang sedang aku baca, “The sweet or sugary carbohydrates provide a quick source of energy that at first rapidly drives the blood sugar up, but only to let it drop to a low about an hour later”
Jadi, semakin kita mengkonsumsi karbohidrat manis atau mengandung gula, semakin gula darah dan energi badan kita akan menukik tajam ke atas dan dalam waktu tidak lama setelah makan gula darah dan energi kita akan terbanting lagi ke bawah (bayangkan bermainrollercoaster!). Pada saat gula darah dan energi kita berada di titik terendah, rasa ingin makan (craving) karbohidrat manis atau mengandung gula akan kembali menyerang dan membuat kita mencari serta mengkonsumsi karbohidrat manis atau mengandung gula kembali. Dan sikluspun terulang terus. Dan tanpa sadar, kita pun terperangkap di dalamnya.
J
enis kerbohidrat yang kedua adalah karbohidrat mengandung tepung. Banyak ditemukan dalam biji-bijian dan umbi-umbian.

Ada 2 jenis kerbohidrat mengandung tepung, yaitu refined (sederhana) dan unrefined (kompleks). Yang membedakan kedua jenis ini sebenarnya adalah proses pengolahannya.

Kembali aku kutip informasi berharga yang aku dapat dari buku Adrenal Fatigue“Unrefined graines (whole grains) are minimally processed and still contain their nutrient portions as well as their starchy portion. Your body metabolizes energy from them more slowly, which means that you get more sustained energy as well as nutrients from them. They are also rich sources of the vitamins and minerals needed to metabolize them into energy”.

Yang termasuk unrefined carbohydrates antara lain: beras cokelat, beras merah, gandum kasar,buckwheat, whole oats dan masih banyak lagi.

Di dalam buku juga disebutkan, “In contrast, refined grains (refined carbohydrate) have had everything removed in the refining process but the white, starchy portion on the inside of the grain. The Nutrients (vitamins and minerals) necessary to metabolize the energy portion are contained in the outer portion of the grain that is milled away when the grain is refined. Since the nutrient portion of the grain is now missing, your body has to either rob nutrients from itself or get them from a different food source in order to metabolize energy from the refined grain. Over the time this leads to the nutritional bankruptcy we experience as poor health, sickness, chronic illnesses, and many subtle deteriorations in health”.

Paragraf singkat di atas sudah memberi penjelasan dalam sekali tentang efek karbohidrat sederhana terhadap kesehatan kita, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Informasi ini berharga sekali untuk kesehatan kita (kalau mau terjemahannya, pakai google translate aja ya )

Aku hanya ingin tambahkan sedikit informasi, karbohidrat sederhana lebih cepat dicerna dan digunakan tubuh sebagai energi sehingga cepat menimbulkan rasa lapar. Semakin banyak/sering kita mengonsumsi karbohidrat sederhana, semakin kita akan akan merasan lebih/sering lapar. Siklus lapar yang berulang menimbulkan frekuensi makan/ngemil yang berlebihan. Maka tak heran karbohidrat jenis ini kerap menjadi biang keladi naiknya berat badan seseorang.

Sayangnya, makanan yang umumnya disukai banyak orang sekarang ini adalah karbohidrat sederhana (refined carbohydrates), antara lain: pasta, roti putih, berbagai makanan yang dibuat dari tepung putih (roti pizza, donat, kue, muffin, bagel, mi, bihun, kwe tiau, dll) dan juga makanan favorit orang Indonesia: nasi putih.
Berdasarkan informasi yang ditulis di surat kabar Kompas kemarin, India menduduki peringkat pertama di dunia untuk jumlah penderita diabetesnya. Cina berada di peringkat kedua. Amerika Serikat di peringkat 3 dan Indonesia ada di peringkat 4.

Apa kesamaan pola makan orang India, CIna, Amerika Serikat dan Indonesia pada umumnya?

Banyak mengkonsumsi karbohidrat sederhana. Terutama orang India, Cina dan Indonesia, konsumsi nasi putihnya memang banyak.

Bayangkan saja, sekali makan di restoran Padang terkenal di Jakarta, 1 orang bisa makan 2 piring nasi putih sendiri karena asyik dengan rendang dan gulai.

Dulu kami juga penggemar nasi putih. Makan nasi putih panas dengan lauk hangat dan sambal, waaah … nikmat rasanya! 2 piring nasi bisa dilahap kalau nasi, lauk dan suasananya “pas”.

Tapi, setelah mendapat banyak informasi mengenai efek negatif karbohidrat sederhana (refined carbohydrates) terhadap kesehatan, kami beralih ke nasi cokelat dan nasi merah (ya, termasuk anak2 kami yang umurnya baru 5 th dan 10 th!).

Caranya? Ganti perlahan dan bertahap.

Awalnya selang-seling 1 hari, terutama anak-anak yang awalnya tidak menyukai rasa nasi cokelat dan nasi merah. Lalu bertahap frekuensi nasi cokelat/merah aku tambah. Seiring dengan palet lidah menjadi semakin bersih karena tidak lagi mengkonsumsi processed food, junk food dan makanan manis-manis, anak-anak menjadi menyukai beras cokelat dan beras merah. Menurut mereka, rasanya "gurih" dan "nutty". Akhirnya, nasi putih pun aku hentikan sama sama sekali. 

Sampai sekarang, kalau kami makan di luar/restoran, kami lebih memilih tempat yang menyediakan nasi cokelat atau nasi merah dan aku selalu membawa persediaan nasi cokelat/merah untuk berjaga-jaga. Jadi, jangan menyerah dengan kata-kata "tidak suka" (nggak doyan). Jangan menyerah sebelum dimulai!

Kami sudah buktikan sendiri.

Efek kesehatannya? 

Dulu makan nasi putih bisa 2 piring dan setelah makan pun masih sanggup makan es cendol sebagai penutup (makan melebihi porsi kebutuhan manusia sebenarnya!). Sekarang, makan nasi cokelat/merah tidak perlu besar porsinya karena biji-bijian utuhnya memang membuat kenyang lebih cepat dan 'penuh' dibandingkan nasi putih. Porsi sekali makan kami sekarang kurang lebih hanya 1/2 cup (gelas takar) nasi cokelat atau nasi merah per satu orang. Rasa kenyangnya pun bertahan lebih lama dibandingkan nasi putih. Dan karena rasa kenyang yang lebih maksimal dan lama pula, konsumsi nasi cokelat/merah tanpa kami sadari mengurangi kebiasaan kami makan makanan penutup (dessert) dan camilan yang manis ataupun gurih ataupun berlemak ataupun bertepung. 

Efek ekonominya? 

Karena konsumsi nasi kami menjadi berkurang jumlahnya, otomatis biaya yang dikeluarkan untuk beras tiap bulannya juga berkurang. Dalam 1 bulan, keluarga kami, yang terdiri dari 3 dewasa dan 2 anak kecil, mengkonsumsi nasi cokelat atau nasi merah hanya 1/3 bila dibandingkan dengan konsumsi nasi putih dulu. Dan karena kebiasaan makan makanan penutup dan camilan juga berkurang jauh, otomatis biaya tidak lagi banyak keluar untuk membeli macam-macam makanan penutup ataupun  makanan kecil. 

Saya dukung Pak Gita! 

Ganti nasi putih dengan nasi cokelat atau nasi merah. Jangan tunggu penyakit mendatangi kita. Masalahnya bukan hanya gemuk kurus, tapi penyakit yang bisa muncul akibat kebiasaan buruk menahun.
Kalau bangsa ini pelan-pelan beralih ke nasi cokelat atau nasi merah, jumlah kebutuhan beras bangsa kita pelan-pelan juga akan berkurang (itu bukan masalah yang sedang hangat sekarang? keterbatasan pangan, salah satunya keterbatasan nasi putih).

Dan kalau bangsa kita beralih ke nasi cokelat atau nasi merah, gizi dan kesehatan bangsa kita akan meningkat juga pelan-pelan, terutama generasi muda kita. Artinya, kualitas bangsa kita juga akan meningkat!

Kita-kita yang bukan menteri tidak usah kampanye nasional, cukup mulai dengan diri kita dan keluarga kita sendiri. Ganti ke nasi cokelat atau nasi merah mulai hari ini! Badan akan menjadi lebih sehat dan biaya makan juga lebih hemat! Sedikit nasi cokelat atau nasi merah, banyak nutrisi. Banyak nasi putih, kosong nutrisi. Mau yang mana?

Kalau ada pilihan yang sehat, kenapa pilih yang tidak sehat? Yang rugi diri kita sendiri!

No comments:

Post a Comment