Wednesday, October 3, 2012

Although Eating Clean is not cheap, it's worth every penny! Consider it as a smart & wise investment for your life!



Jun 8, '12 8:20 PM
for everyone
2 hari lalu aku aku kembali mendapat kesempatan berbagi, yaitu lewat wawancara dengan Majalah Femina seputar perubahan pola makan keluarga. Di dalam obrolan seru selama 2 jam ini muncul pertanyaan bertubi-tubi seputar biaya makan sehat keluarga.

“Mahalkah biaya makan sehat?”

“Apakah biaya belanja makan keluarga bulanan naik setelah menjalankan pola makan sehat? Atau malah turun?”

Mmm… kalau berdasarkan pengalaman pribadi sih, makan sehat itu memang tidak terlalu murah, apalagi kalau dibandingkan dengan kebiasaan makan processed food atau fast food. Tapi tidak juga kelewat mahal, kok! Paling tidak, yang aku rasakan, masak makanan sehat sendiri tetap lebih murah biayanya dibandingkan catering atau makan di luar (restoran) atau pesan antar.

Makan sehat lebih mahal kalau dibandingkan makanan processed dan fast food?

Memang begitu kenyataannya. Dan inilah yang menjadi alasan nomor 1 kenapa kebanyakan orang memilih makanan proses dan fast food. Keduanya praktis dan murah!

Coba kita bandingkan…

1 buah brokoli organik ukuran kecil di supermarket harganya sekitar Rp. 10.000. Sedangkan kalau kita pergi ke restoran fast food ala baratdengan uang Rp. 10.000 kita sudah bisa dapat 1 buah paket hemat yang isinya 1 burger + 1 minuman soda atau 1 porsi nasi/kentang goreng + ayam goreng + minuman soda. Atau, kalau kita beli minuman soda, uang Rp. 10.000 tadi akan memberi kita 1 botol minuman soda plus sedikit uang kembalian.

Lihat lagi perbandingan lainnya. Coba singgah ke restoran fast food ala Indonesia. Dengan Rp. 20.000 kita bisa dapat nasi putih sepiring besar, lengkap dengan ayam goreng, sambal goreng kentang, lalap dan sambal, kerupuk dan 1 botol minuman teh manis. Sementara dengan uang Rp. 20.000 kita baru dapat 2 ikat kangkung organik di supermarket.

Lalu, coba bandingkan…

Berapa harga 1 paket daging sapi atau ayam olahan beku? Dan berapa harga 1 kilo mangga?

Atau harga 1 kaleng jamur vs harga 1 pak jamur segar?

Atau harga 1 bungkus mi instan vs harga 1 pak kacang hijau mentah?

Atau harga 1 ekor ayam broiler vs harga 1 ekor ayam kampung organik?

Atau harga 5 kg beras putih vs harga 1 kg beras merah?

Kalau dilihat dari sisi jumlah (kuantitas), makanan yang tidak sehat, terutama makanan proses, memang terlihat lebih murah harganya. Uang Rp. 10.000 atau 20.000 hanya akan memberi kita sedikit sayur atau buah. Hanya cukup untuk 1 kali makan. Tapi, uang yang sama dapat memberi kita 10 bungkus mi instan, misalnya, yang bisa digunakan untuk beberapa kali makan.

Makanan proses memang sengaja diciptakan oleh industri makanan dengan biaya produksi serendah mungkin (artinya menggunakan bahan-bahan yang murah dan umumnya tidak baik untuk kesehatan manusia) untuk dijual dengan harga serendah mungkin tapi dalam jumlah sebanyak mungkin. Semuanya adalah rumus untuk membuat produk mereka laku di pasaran dan menghasilkan profit yang sebesar-besarnya bagi mereka.

Tapi, mari sekarang kita berhitung dan menilai dengan cara pandang yang lebih luas…

Jangan menilai makanan sehat secara kuantitas, tapi nilail-ah secara kualitas!

Brokoli kecil organik yang harganya Rp. 10.000 tadi datang dengan sedikit kalori namun banyak sekali nutrisi yang sangat berharga karena sangat bermanfaat bagi kesehatan kita. Sangat berbeda dengan 10 bungkus mi instan, yang hanya datang dengan seabrek kalori tapi tanpa manfaat sedikitpun.

Lihatlah uang yang kita keluarkan untuk membeli si brokoli organik, atau makanan sehat lainnya, sebagai  investasi jangka pendek dan jangka panjang bagi diri dan keluarga kita. Membeli makanan sehat tidak hanya akan memberi kita tenaga dan nutrisi yang kita perlukan dalam keseharian kita, tapi juga memberi tubuh kita kesehatan jangka panjang, terutama dimasa tua nanti.

Dan makan sehat punya efek penghematan dalam bentuk lain, yang menurutku, tidak bisa kita nilai dengan uang!

Berdasarkan pengalaman pribadi, sejak keluarga kami menjalankan pola makan sehat, kami tidak lagi mengeluarkan biaya bulanan untuk membeli makanan proses karena kami berhenti total mengkonsumsi makanan proses. Hilangnya makanan proses dari belanja bulanan rutin, terutamasnack dan minuman manis kemasan, secara otomatis memberi penghematan besar dalam anggaran bulanan kami.

Lalu, kebiasaan makan sehat membuat kami juga berhenti total mengkonsumsi fast food, lebih sering makan masakan sendiri dan makan di rumah. Akibatnya, kami tidak pernah lagi membuang uang untuk membeli fast food, baik yang gaya barat maupun Indonesia. Dan pengeluaran uang untuk kegiatan makan di luar rumah (restoran) pun menjadi sangat berkurang.

Kebiasaan makan sehat juga membuat kami sering membawa bekal masakan rumah bila berpergian, jauh atau dekat. Ke sekolah, ke kantor, perjalanan ke luar kota, ke kolam renang, ke rumah teman dan bahkan kegiatan-kegiatan ditempat-tempat hiburan umum. Nonton bioskop, misalnya. Kami tidak lagi punya hasrat untuk nonton bioskop sambil makan popcorn yang berlumuran mentega atau caramel,  atau keripik nachos yang dimakan dengan saus keju cair yang sangat bertepung, atau hotdog dan kentang goreng. Kami pilih untuk membawa kacang-kacangan mentah dan buah segar ke bioskop bila jam nonton kami memang bersamaan dengan jam makansnack. Paling-paling, yang kami beli di snack counter bioskop adalah air mineral. Kebiasaan membawa bekal kemana-mana menjadikan kami jarang sekali jajan. Dan akibatnya, kami tidak lagi membuang uang untuk jajan.

Penghematan lain yang terjadi dengan sendirinya akibat pola makan sehat yang kami jalankan muncul dari jumlah konsumsi makanan kami yang makin lama makan sedikit. Makanan sehat kaya nutrisi membuat porsi makan keluarga kami berkurang jauh. Contohnya nasi. Dulu, waktu masih mengkonsumsi beras putih, dalam 1 bulan aku harus membeli 7 sampai 8 kg beras. Sekarang, setelah mengkonsumsi beras cokelat dan beras merah, dalam 1 bulan aku hanya harus membeli 4-5 kg beras. Dan porsi makan yang berkurang tidak hanya beras, juga makanan-makanan lainnya. Artinya, jumlah kebutuhan makanan sehat kami setiap bulannya tidak sebanyak dulu waktu kami masih makan makanan yang tidak sehat. Sehingga, uang belanja yang keluar pun tidak membengkak. Dan bagian yang paling aku sukai adalah, walaupun porsi dan jumlah konsumsi makanan kami berkurang jauh, rasa kenyang yang diberikan makanan sehat jauh lebih baik dan lebih lama dibandingkan makanan yang tidak sehat. Dan, lagi-lagi, nutrisi yang diberikan oleh makanan sehat luar biasa banyaknya.

Masih ada penghematan lain lagi. Semenjak menjalankan pola makan sehat, keluargaku mengurangi konsumsi protein hewani karena alasan perternakkan hewan banyak yang menggunakan pakan ternak tidak alami, hormon pertumbuhan dan antibotik untuk hewan-hewan yang diternakkan. Dan tentu saja, pengurangan konsumsi protein hewani ini membuat aku lebih menghemat lagi biaya belanja bulanan keluarga.

Akhirnya, semua penghematan yang secara otomatis terjadi akibat kebiasaan makan sehat membuat aku bisa membeli bahan makanan natural yang bermutu untuk makan keluarga tanpa membuat bengkak anggaran bulanan. Aku hanya tinggal mengalihkan jatah dana yang tadinya kami alokasikan untuk membeli makanan proses, makanan fast food, makan di restoran dan jajan menjadi dana untuk membeli sayuran dan buah-buahan organik, ayam kampung dan telur ayam kampung organik, susu organik, beras organik, kacang-kacangan mentah dan banyak lagi bahan makanan sehat lainnya.

Berdasarkan pengalamanku, hanya dalam hitungan bulan, semua uang yang sudah kami keluarkan untuk membeli bahan makanan natural berkualitas membawa banyak sekali manfaat dan kebaikan untuk keluarga kami. Melihat perubahan kesehatan tubuh, jiwa dan pikiran anggota keluarga, rasanya tidak ada pengeluaran yang sia-sia!

Di awal menjalankan program Eating Clean, niat kami sederhana, yaitu merubah pola makan keluarga kami menjadi sehat. Ternyata, setelah kami jalankan, pola makan sehat membawa banyak sekali perubahan positif. Tubuh, jiwa dan pikiran kami menjadi lebih sehat. Dan seiring dengan kondisi kesehatan yang membaik, pola pandang dan kebutuhan hidup kami ikut berubah tanpa kami rencanakan dan tanpa kami sadari. Hidup terasa lebih sederhana tapi lebih utuh (whole). Kami tidak lagi membutuhkan “hiburan-hiburan” gaya modern yang selama ini senang kami lakoni. Semua hiburan modern yang kebanyakan hanya memberi kami kesenangan sesaat dengan sendirinya tergantikan dengan kebutuhan-kebutuhan mendasar yang sederhana, misalnya: bergerak, olah raga, mendekatkan diri dengan pasangan dan anak-anak, istirahat di rumah, mendekatkan diri dengan alam, meditasi dan mendekatkan diri dengan Tuhan dan banyak lagi hal-hal sederhana yang dulu jarang kami lakukan karena kesibukan dan ketidakpedulian. Perubahan kebutuhan hidup akhirnya membawa penghematan lain lagi dalam kehidupan keluarga kami. Uang tidak lagi keluar untuk hobi yang akhirnya menjadi tidak menarik lagi untuk kami, shopping baju dan sepatu atauhang-out di cafĂ© misalnya.

Semakin lama kami jalani, perubahan pola makan semakin merubah pola hidup kami. Olah raga dan istirahat yang dulunya kami anggap remeh, sekarang menjadi kebutuhan dasar. Seperti kebutuhan akan air dan makan. Terasa ada yang kurang bila dalam sehari kami tidak melakukan olah raga, walaupun yang ringan sekalipun di rumah. Hasilnya, frekuensi dan kualitas olah raga dan istirahat kami meningkat. Dan akibatnya, tubuh, jiwa dan pikiran pun menjadi semakin sehat. Kombinasi makan sehat, olah raga teratur, istirahat cukup dan berkualitas dan pola hidup sehat secara keseluruhan membawa dampak lebih jauh lagi bagi keluarga kami. Pelan tapi pasti kami terlepas dari obat-obatan medis yang selama ini harus kami konsumsi secara rutin, baik yang generik maupun yang diresepkan oleh dokter. Frekuensi kunjungan ke dokter menjadi sangat berkurang. Ini sebuah efek penghematan lain lagi yang mengikuti pola makan sehat keluarga kami. Anggaran kesehatan bulanan keluarga menjadi mengecil. Dan kami menjadi orang yang lebih bahagia karena tidak lagi hidup dengan obat-obatan dan tidak lagi banyak menghabiskan waktu, tenaga dan uang di rumah sakit atau di tempat praktek dokter.

Selain dokter medis, biaya bulanan untuk urusan perawatan tubuh juga nyaris hilang sama sekali akibat kebiasaan makan sehat. Sebelum makan sehat, setiap bulan, aku harus rutin berkunjung ke para ahli untuk merawat kulit dan rambut. Biaya berobat ke para ahli tidak kecil. Belum lagi ditambah dengan biaya pembelian berbagai produk dan tindakan perawatan.  Dan setelah mengeluarkan semua uang, permasalahan kulit dan rambut tidak juga beres. Makan sehat dan hidup sehat berangsur-angsur memulihkan kesehatan kulit dan rambutku dengan sendirinya. Pelan tapi pasti juga, semua makanan sehat yang kami makan mengobati semua masalah kulit dan rambutku dari dalam dan dari ujung pangkal permasalahan yang sebenarnya. Satu-satunya perawatan kulit yang masih aku lakukan adalah mencuci muka dengan sabun dan memberi kulit krim pelembab. Sedangkan perawatan rambut yang masih aku lakukan adalah potong rambut. Tidak ada lagi obat-obatan, kosmetika dan tindakan para ahli! Tidak ada lagi uang terbuang percuma karena penyembuhan yang sifatnya eksternal dan sementara (walaupun hasil memang bisa didapat/dirasa secara instan).

Jadi, kalau ditanya, apakah biaya makan sehat itu murah? Jawabanku: tidak. Tapi, makan sehat akan mengurangi bahkan menghilangkan biaya-biaya lain yang tidak perlu dalam hidup kita, yang sebenarnya muncul akibat pola hidup modern yang tidak sehat.

Setiap Rupiah yang kita keluarkan untuk makan sehat akan memberi kita manfaat yang sangat berharga, yang menurutku tidak bisa kita nilai dengan uang. Makanan sehat yang kita beli memberi kita energi, kesehatan tubuh, jiwa dan pikiran, kebahagiaan, ketenangan dan ketajaman pikiran, prestasi dan banyak lagi. Setiap Rupiah yang kita keluarkan untuk makan sehat akan kembali ke kita dengan bentuk kehidupan yang lebih whole (utuh)Setiap Rupiah yang kita keluarkan untuk makan sehat akan menjadi investasi kesehatan masa tua kita dan anak-anak kita. Look at it this way:investasi asuransi kesehatan adalah untuk berjaga-jaga bila kita jatuh sakit dan memerlukan perawatan atau tindakan medis, sedangkan makan sehat adalah investasi yang membantu mencegah kita jatuh sakit (preventif). Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati? Setiap Rupiah yang kita keluarkan untuk menjalankan pola makan sehat juga memberi pembelajaran dan membiasakan anak-anak kita makan dan hidup sehat. Untukku, ini adalah hasil yang paling berharga, karena setiap Rupiah yang dikeluarkan untuk makan sehat terasa seperti mengeluarkan uang untuk sekolah atau les, yang akan memberi anak-anakku bekal kehidupan yang baik dan benar.

Jadi, mari kita lihat dengan pikiran luas ….

Tidakkah semua itu sepadan?

No comments:

Post a Comment