Wednesday, October 3, 2012

Eat local produce for your health & for the environment. What we buy and eat does make a difference!


Jul 11, '12 11:00 PM
for everyone

4 hari sebelum pulang dari Negeri Paman Sam, kota tempat kami tinggal, yaitu kota yang namanya diambil nama President pertama Amerika Serikat, diserang heatwave (hawa panas) yang luar biasa panasnya yang disusul dengan sebuah badai singkat namun dahsyat. Listrik dihampir seluruh kota padam. Pohon-pohon bertumbangan diterpa angin. Malam yang tadinya tenang berubah menjadi malam yang sangat sibuk. Banyak orang yang terjebak dijalan. Banyak rumah dan mobil yang tertimpa pohon. Anak-anak resah dan tidak bisa tidur karena panas dan gelap. Sirene polisi, ambulans dan mobil pemadam kebakaran berbunyi terus-menerus diberbagai pelosok kota.

Badai singkat yang terjadi membuat banyak pohon tumbang. Pohon-pohon yang tumbang memakan korban nyawa, mobil dan rumah. Pohon-pohon tumbang juga menimpa tiang dan kabel listrik dimana-mana sehingga menyebabkan 3 juta orang kehilangan listrik di tengah serangan hawa yang luar biasa panas (mencapai 40 derajat Celcius lebih). Pohon-pohon tumbang menutup jalan sehingga jalur transportasi terhambat di sana-sini.



4 hari sisa kunjungan kami di sana, kami melihat dan merasakan bagaimana warga kota di negara maju ini menghadapi sebuah bencana. Sebuah pengalaman langka! Cooling center, hotlinepertolongan, asuransi, pom bensin, polisi, pemadam kebakaran, mall, bioskop, restoran,supermaket, perusahaan listrik, radio, hotel, masyarakat … semua saling bekerjasama dan saling membantu. Tidak ada kebingungan, tidak ada kerusuhan, tidak ada rebutan, tidak ada emosi. Semua diinformasikan dan dikomunikasikan dengan jelas. Semua dikerjakan dengan sepenuh hati. Tidak ada yang mencoba mengambil keuntungan pribadi dari kemalangan yang menimpa orang lain.

Berdasarkan informasi yang kemudian aku dengar, baca dan lihat, heatwave dan badai yang kami alami diakhir bulan Juni lalu adalah bentuk cuaca ekstrim yang timbul akibat global climate change,yang menurut buku “Not On The Label” karya Felicity Lawrence yang baru saja selesai aku baca, terjadi akibat semakin meningkatnya temperatur bumi. Di dalam buku yang pernah menjadi “best seller” di UK ini disebutkan bahwa temperatur bumi tiap tahun semakin meningkat dan 10 tahun terpanas dalam catatan rekor tercatat terjadi sejak tahun 1991. Di dalam buku ini juga disebutkan bahwa: global climate change is a more serious thread to the world than any act of terrorism. It is causing more and stronger natural disasters (storm, heatwave, flooding, etc).

Apa hubungan global climate change dengan pola makan Eating Clean?

Pola makan Eating Clean adalah pola makan yang mengutamakan konsumsi makanan lokal, terutama makanan segar. Alasan utamanya ada 2, yaitu kesehatan tubuh kita dan kelangsungan bumi beserta isinya.

Industri makanan adalah sebuah industri yang sangat banyak menggunakan energi alam. Mulai dari lahan pertanian dan perternakan, produksi, pengepakan sampai distribusi (lokal maupun internasional). Dan penggunaan energi alam yang luar biasa banyak dalam rangkaian aktifitas industri makanan adalah salah satu penyebab global climate change. Felicity Lawrence menyebutkan pula dalam bukunya bahwa, “It takes 88 calories in the form of fuel energy to fly 1 calorie of carrot to the UK from South Afrika. And importing just 1 calorie of lettuce from California burns up 127 calories of fuel energy”.  Luar biasa, kan?!?!  Dan import makanan tidak hanya terjadi di negara barat dan negara maju, tapi terjadi diseluruh dunia, termasuk Indonesia.

Perhatikan saja supermarket dan toko buah di kota kita tercinta ini: makanan impor semakin banyak variasi dan jumlahnya. Dari mulai makanan proses, makanan beku sampai makanan segar (daging, sayur dan buah). Ada daging sapi dan wortel dari Australia, daging Turkey mentah dan strawberry dari Amerika, lemon dari Turkey, mangga dan anggur dari Afrika, sawi dari Cina, rambutan dan durian dari Bangkok dan masih banyak lagi. Makanan-makanan ini menempuh ribuan km untuk sampai ke Indonesia. Bayangkan berapa banyak energi alam yang digunakan untuk mengirim makanan-makanan ini dari tempat asalnya ke Indonesia!

Beberapa hari lalu, aku membaca sebuah artikel menarik di The Jakarta Post. Di dalam artikel tersebut disebutkan bahwa negara kita secara regular mengimpor beras, sayuran dan bahan makanan lainnya dalam jumlah besar. Jumlah total import makanan negara kita tahun lalu mencapai Rp. 125 triliun. Ironis, untuk sebuah negara yang dulunya dikenal sebagai negara agraris. Di dalam artikel tersebut disebutkan pula bahwa berkurangnya produksi pangan dalam negeri kita antara lain disebabkan oleh (1) global climate change dan (2) beralihnya lahan pertanian menjadi lahanproperty dan industri.

Jadi, sesuai dengan prinsip Eating Clean, selama 10 bulan terakhir kami sekeluarga lebih banyak menkonsumsi makanan lokal, terutama beras, daging, sayuran dan buah. Berdasarkan berbagai sumber yang aku baca, sayuran dan buah lokal lebih kaya nutrisi dibandingkan makanan segar yang diimpor dari belahan dunia lain, karena:

1.     buah dan sayur yang diimpor dari belahan dunia lain umumnya ditanam dengan menggunakan banyak pestisida dan bahan kimia lainnya, agar buah dan sayur ini bisa tetap tumbuh dan dipanen tanpa tergantung musim, iklim dan cuaca demi dapat terus-menerus memenuhi “demand” pasar dunia.
2.     buah dan sayur impor umumnya diberi tambahan bahan kimia pada saat pencucian dan pengepakan, agar buah dan sayur ini bisa bertahan dalam perjalanan beribu kilometer membelah bumi dan sampai ke tempat tujuan dengan kondisi tetap segar dan memiliki tampilan menarik.

Jadi, untuk yang sudah memulai pola makan sehatnya, utamakan produk makanan lokal. Untuk apa kita mengeluarkan lebih banyak uang untuk membeli makanan impor padahal nutrisi yang kita dapatkan justru lebih sedikit? Dan ingat, membeli makanan impor tidak hanya kita bayar mahal dalam bentuk uang, tapi juga dalam bentuk energi natural bumi, lingkungan hidup dan keberadaan bumi beserta isinya.

And remember, what we buy and eat does make a difference, to our health and earth! 

No comments:

Post a Comment