Wednesday, October 3, 2012

Fast Food is Junk Food. Say NO to fast food for your health!

Mar 24, '12 8:56 AM
for everyone

Salah satu musuh paling besar pola makan sehat Eating Clean adalah fast food!

Bahaya fast food bukan hal yang baru. Pasti sudah banyak yang tahu. Apalagi belakangan banyak film dokumenter yang mengangkat issue ini. I highly recommend you to watch “Super Size Me’, “Killer At Large” dan “Fast Food Nation”.  Atau baca buku “Fast Food Nation”, “Chew On This” dan “Eat/Drink This Not That”.  Fakta-fakta yang diangkat oleh film-film dan buku-buku ini ini sungguh mengejutkan dan menakutkan.
Singkatnyafast food is junk food. Tidak ada nilai-nya sebagai makanan, kecuali bila dilihat dari porsi, praktis, rasa yang gurih atau manis dan harga yang terjangkau.
Di dalam buku tentang Adrenal Fatigue yang sedang aku baca disebutkan bahwa permasalahan utama makanan fast food adalah karena fast food mengandung banyak lemak tapi sayangnya jenis lemak yang salah, tinggi kandungan karbohidratnya namun jenis karbohidrat yang salah yaitu karbohidrat sederhana, menggunakan protein yang tidak berkualitas untuk kesehatan, mengandung banyak gula yang menyebabkan gula darah manusia naik-turun seperti rollercoaster dan memiliki sedikit sekali kandungan serat dan nutrisi.
Dan sama dengan processed food, fast food juga mengandung berbagai bahan kimia untuk memanipulasi rasa lapar dan juga membuat ketagihan. Memakan fast food juga dapat menjadi sebuah siklus jahat yang sulit dihentikan..
Konsumsi fast food yang berlebihan dan menahun dapat memicu berbagai penyakit, antara lain: diabetesobesitasheart diseasemetabolic syndromehormone inbalance, hipertensidan tooth decay.
Di kota-kota besar, restoran fast food menjamur di mana-mana. Terutama di area-area yang tinggi “lalu-lintas” keluarga, anak kecil dan remajanya. Paket makanan yang ditawarkan semakin besar dan harganya semakin murah. Sekarang restoran fast food juga buka lebih pagi dan tutup lebih malam. Mulai juga menyediakan pastry, roti dan kue dalam pilihan menunya. Belum lagi minuman-minuman ber-cafein yang penuh dengan krim dan gula. Dan yang paling hebat, di Indonesia, mereka punya armada delivery makanan yang bisa mengantarkan makanan kita kemana saja, termasuk ke tempat mobil kita terperangkap kemacetan di jalan sekalipun.
Memakan fast food sudah menjadi ‘gaya hidup” urban. Sudah menjadi pola makan sehari-hari banyak orang. Apalagi dizaman kedua orang tua bekerja dan jarang berada di rumah. Fast food memang menawarkan solusi cepat dan praktis bagi banyak orang. Dari mulai untuk makan siang ditengah kesibukan kerja atau sekolah, sampai arisan, reuni dan banyak kegiatan lainnya. Dimana kegiatan terlaris adalah perayaan ulang tahun anak-anak kecil.
To make things even worse, restoran bergaya non-fast food  juga semakin menjamur jumlahnya. Baik restoran besar bernama internasional, maupun restoran lokal kecil. Restoran-restoran ini dari segi tampilan terlihat “lebih baik” dari restoran fast food. Padahal, bila dilihat secara jeli, restoran-restoran ini menyajikan menu yang hampir sama dengan fast food. Makanannya dimasak dengan teknik memasak dan bahan makanan yang sama dengan yang digunakan oleh restoran fast food. Hanya saja, harga makanannya biasanya lebih mahal dibandingkan restoran fast food karena suasana restoran dan gaya sajiannya yang lebih "wah" tampilannya.
Hati-hati! Apapun bentuk restorannya: duduk, drive-through, diner, dll – semua restoran ini menjual fast food. Makanan yang minim nilai gizinya!
Sadarkah? Makan 1 paket fast food yang terdiri dari 1 buah regular cheeseburger, kentang goreng (yang dimasak dengan direndam dalam minyak panas) dan 1 gelas besar minuman manis bersoda, kalorinya bisa sama dengan jatah kalori 1 hari penuh!
Berita buruknya adalah:
(1) kalori besar ini masuk ke tubuh kita bersama dengan gula, lemak tidak sehat, karbohidrat sederhana, protein yang kualitasnya minim dan sodium yang juga sangat besar
(2) kalori ini sangat minim serat, nutrisi dan mineral.
Kids meal yang disuguhkan restoran fast food pun sama saja: hanya menyumbang kalori kosong dan memberi anak-anak pengalaman sugar rollercoaster yang sangat tidak baik untuk kesehatan.
Kalau konsumsi fast food tidak dikurangi dan batasi, masalah yang bisa muncul bukan hanya naiknya berat badan yang bisa langsung terlihat oleh mata, tapi juga masalah serius lainnya yang tidak terlihat, misalnya: naiknya kolestrol “jahat” atau gula darah atau tekanan darah.
Jadi sekali lagi, hati-hati!
Sama dengan sereal, pertemanan sejak kecil dengan fast food adalah sangat tidak disarankan. Karena pertemanan ini dapat menimbulkan resiko yang mahal dikemudian hari: bayangkan saja biaya dokter dan pengobatan yang harus dikeluarkan oleh seseorang yang menderita penyakit diabetes, misalnya.
Sejak memulai proyek Eating Clean, keluarga kami berhenti berurusan dengan fast food,apapun nama dan bentuknya. Merek lokal maupun luar negeri.
Caranya?
Berhenti mampir ke restoran-restoran fast food dan sejenisnya. Buang semua pamflet dan menu delivery-nya. Hapus semua data nomor telpon pesan-antar fast food di telpon genggam.
Walaupun sebenarnya tidak perlu se-ekstrim itu. 
Menikmati fast food sekali-kali dalam jumlah sedikit sebenarnya sah-sah saja. Itu pilihan masing-masing orang. Setiap orang bebas menentukan. 
Kalau aku, pikiranku sederhana saja: aku tidak akan mengajarkan anak-anaku fast food sama seperti aku tidak akan mengajarkan mereka rokok dan obat-obatan terlarang. 
Full stop!
Tapi bukan  berarti sekarang kami tidak bisa makan cheeseburger, nachos, pizza, dll. Sekali-kali kami masih makan semua itu. Hanya saja sekarang semuanya aku buat sendiri di rumah. Tidak pernah dibeli di restoran fast food ataupun sejenisnya. Dengan membuat sendiri makanan-makanan ini, aku bisa pastikan bahan, porsi dan cara memasak yang digunakan tetap sehat dan tidak berlebihan.
Sekarang, setelah lama berhenti mengkonsumsi fast food, pada saat kami melewati counteratau restoran fast food, hidung kami tidak lagi mencium bau makanan yang menggiurkan. Yang tercium malah bau ‘aneh’ yang tidak pernah kami temui dimakanan-makanan natural. Lebih seperti bau obat. Dan bila kami memakan 1 suap saja makanan fast food, lidah kami sudah bisa mengenali rasa gurih, asin, manis dan lemak yang “palsu” dan berlebihan. Jadi sekarang, indra penciuman dan perasa kami sudah tidak lagi bisa menikmati makanan fast food. But really, no lost 'cos fast food is junk food!
So, say NO to fast food for your health!

No comments:

Post a Comment