Wednesday, October 3, 2012

My New Project "Eating Clean"

Mar 9, '12 10:54 PM
for everyone

Aku bukan ahli gizi, juga bukan dokter. Aku hanya ibu rumah tangga biasa, dengan seorang suami sibuk dan 2 anak yang sedang tumbuh. Tinggal di Jakarta dan tanpa sadar ikut dengan gaya hidup urban Jakarta yang serba cepat bersama dengan jutaan orang lainnya.

Juli 2011, di tengah kehidupan seperti hari-hari lainnya, aku menerima tamparan keras. Anakku (10 tahun) dinyatakan obesitas. Kelebihan berat badannya sudah mengganggu hormon pertumbuhannya. Anakku menderita micro penis,dimana alat kelaminnya tidak berkembang sebagaimana harusnya karena gangguan hormon pertumbuhan dalam tubuhnya. Malu dan marah pada diri sendiri karena membiarkan penyakit epidemik ini menimpa anak sendiri. Takut karena sadar bahaya penyakit yang mengancam orang, terutama anak, yang obese.

Dokter gizi menganjurkan pola makan (a.k.a diet) rendah kalori untuk anakku. Kunjungan ke ahli gizi yang hanya 20 menit itu membuat aku garuk-garuk kepala. Semua jenis makanan yang disukai oleh anak-anak, termasuk anakku, dilarang atau dibatasi. Jam dan porsi makan harus dirubah dan didisiplinkan. Bukan pekerjaan rumah yang mudah, apalagi yang harus menjalankan adalah anak berumur 10 tahun yang belum mengerti banyak. 

Setelah perayaan Idul Fitri tahun lalu, aku memulai proyek melawan obesitas untuk anakku dengan diet rendah kalori dan olah raga.

Belum tuntas perang melawan obesitas, 16 Agustus 2011, aku mendapat kabar mengejutkan lain dari dokter. Dokter menemukan tumor kanker di salah satu kelenjar tyroidku. 1 bulan kemudian, tumor dan kelenjar tyroidku diangkat dan hidupku berubah total setelah operasi pengangkatan. Berbagai gejala hypothyroid muncul bertubi-tubi. Badanku rasanya seperti badan makhluk asing dan setiap hari penuh dengan perjuangan melawan gejala-gejala yang berlainan yang seringkali muncul bersamaan. 2 minggu sekali harus tes darah, terapi hormon mulai dijalankan dan kunjungan ke dokter mulai bolak-balik dengan intensitas tinggi. Memakan waktu, tenaga dan uang yang tidak sedikit. Membuat frustasi!

Belum selesai 2 masalah, datang kejutan lainnya, yang sebenarnya sudah diduga. Hasil cek kesehatan suami menyatakan suamiku juga obesitas dan memiliki kolestrol, asam urat dan gula darah tinggi. Dan anakku yang kedua (5 tahun) mengidap asma kulit.  Eczema terus-menerus muncul dan tidak bisa dihilangkan.

“This is serious business”, aku pikir. 

Waktu sudah berjalan dan ternyata selama ini aku dan keluarga tidak memperhatikan hal-hal mendasar yang penting untuk kualitas hidup. Akhirnya kami memanen apa yang selama ini kami tanam. Gaya hidup yang selama ini kami anggap normal di tengah kesibukan kota besar ternyata terbukti merugikan dan merampas kesehatan kami. 

Semuanya membuat aku takut! Takut penyakit semakin meraja-lela. Takut menyia-nyiakan sisa hidup. Takut untuk kualitas hidup orang-orang yang aku sayangi. 

Di tengah pikiran-pikiran yang simpang-siur, akhirnya aku memutuskan: (1) aku tidak akan mengalah dengan penyakit-penyakit ini dan (2) aku akan mengubah hidup keluarga supaya sisa hidup lebih berkualitas.

Lalu, aku mulailah proyek pribadiku untuk hidup sehat yang akhirnya menjadi titik balik kehidupan keluarga kami hingga saat ini.

Beruntung aku adalah orang yang senang mencari tahu. Dan beruntung aku punya akses ke berbagai informasi lewat dunia maya. Satu hari, berjalan-jalan di toko buku, tanpa sengaja, aku dan suamiku menemukan sebuah buku yang akhirnya menjadi buku terpenting di tahun 2011 untuk keluarga kami karena merubah hidup keluarga kami secara positif.

Eating Clean for Dummies”, my book choice for 2011!

Buku ini memberi informasi lengkap mengenai fungsi makanan bagi kesehatan manusia. Di dalamnya aku temukan berbagai hubungan langsung ataupun tidak langsung berbagai vitamin dan mineral dengan kesehatan. Setelah tuntas membaca, aku putuskan: lupakan pengobatan herbal, lupakan pengobatan dokter, lupakan diet ektrim (golongan darah, Atkins, insulin dan lain-lain) dan mulai proyek Eating Clean untuk hidup yang lebih berkualitas.
Apakah “Clean Eating?”

Berdasarkan buku “Eating Clean for Dummies”, yang dimaksud dengan Eating Clean adalah, “Pola makan berdasarkan makanan natural, yaitu sedapat mungkin makanan yang berada di rantai makanan paling bawah. Dengan memakan makanan natural, otomatis asupan vitamin, mineral dan zat-zat penting lainnya menjadi lebih tinggi, sementara asupan gula sederhana, lemak tidak sehat dan makanan adiktif menjadi berkurang”. Sedangkan berdasarkan Majalah Clean Eating, yang dimaksud dengan Clean Eating adalah, “Mengkonsumsi makanan dalam bentuk senatural mungkin. Clean Eating bukan diet, tapi lebih mengarah kepada pendekatan gaya hidup terhadap makanan sehat dan pengolahannya untuk kesehatan menyeluruh”.

Buku Eating Clean for Dummies, yang tebalnya 348 halaman, memberi informasi rinci untuk orang awam seperti aku. Membaca buku ini tidak semudah membaca komik Archie & Friends, tapi tidak sesulit membaca buku-buku medis umumnya. Dan yang jelas, melakukan tidak semudah membaca. Diperlukan tekad bulat, komitmen, pengorbanan, disiplin, kerja keras. Tapi hasilnya sungguh sepadan!

Proyek Eating Clean untuk keluarga kami aku mulai dengan 1 hal yang bisa dengan mudah dan segera aku lakukan, yaitu menyingkirkan semua makanan dan minuman olahan dari rumah.

Secara aku adalah pakar beres-beres rumah dan pakar menyingkirkan barang yang tidak berguna atau tidak diinginkan lagi (hey, I succeed with my Jakarta Garage Sale after all?!?!?), jadi pada suatu pagi, setelah suami dan anak-anak berangkat, aku membongkar semua isi lemari dapur dan kulkas di rumah.

Hasilnya?

Bertumpuk makanan olahan aku dapatkan untuk disingkirkan. Kaleng, kotak, plastik. Beku maupun kering. Permen, coklat, biskuit, potato chips, kue kering, kornet, mi instan dan banyak lagi. Tanpa pikir panjang, semua makanan itu aku kumpulkan dan aku serahkan ke Mbak di rumah untuk diberikan kepada siapapun yang mau menerima.

Kenapa makanan olahan menjadi incaran pertama?

Berdasarkan informasi yang aku dapat dari buku, eating clean punya satu dasar sederhana, yaitu menghindari makanan olahan (processed food) karena banyak mengandung tepung putih, gula sederhana, sodium, lemak tidak sehat (trans/saturated fat), zat pengawet dan perasa buatan (zat adiktif). Semua adalah zat yang membahayakan kesehatan manusia.

Langkah awal berhasil aku lakukan. 

Lega rasanya. 

Proyek sudah dimulai. 

Aku sadar, ini bukan perjalanan sprint, melainkan sebuah marathon panjang, bahkan triathlon

Kami sekeluarga saling berjanji untuk bersama-sama menjalankannya dan saling mendukung. Anak-anak kami ajak bicara mengenai makanan, kesehatan dan hidup. Kejujuran adalah kunci utama. Tidak ada informasi penyakit yang kami tutupi dari anak-anak kami. Visual kami gunakan untuk membantu penjelasan kami (inilah salah satu fungsi internet untuk ibu rumah tangga!)

Awalnya terasa berat. Anak-anak sempat frustasi duluan membayangkan mereka tidak bisa lagi makan pizza dan cheeseburger favorit mereka. Tapi kami tidak punya banyak pilihan toh? Penyakit sudah dipanen dan kalau perubahan gaya hidup tidak dilakukan, hidup kami di masa yang akan datang kurang-lebih sudah dipetakan. Untuk itu aku berjanji kepada anak-anak, mereka akan tetap bisa makan makanan favorit mereka (pizza, cheeseburger, pancake dan lain-lain), karena semuanya akan aku masak sendiri dengan bahan natural dan teknik memasak yang sehat. 

Perubahan gaya hidup Eating Clean sudah kami jalankan sejak September 2011 hingga sekarang. Perubahan-perubahan yang terjadi pada diri kami masih terus membuat kami takjub setiap harinya. 

Bobot badan anak pertamaku turun 18 kg dan berhasil mencapai berat normalnya dengan komposisi lemak dan otot (Body Mass Index) yang seimbang. Hormon pertumbuhannya berangsur-angsur stabil. Dokter hormon yang tadinya sudah merencanakan terapi hormon, yang punya efek jangka panjang terhadap tubuh manusia, akhirnya membatalkan terapi hormonnya karena perubahan kesehatan anakku yang sangat positif. Ukuran celananya mengecil dari 36 menjadi 27. Ukuran kaosnya yang tadinya XXL sekarang menjadi S. Sekarang ia penuh energi, lebih fokus, jarang sekali sakit, tidak moody.

Suamiku berhasil turun 12 kg, kolestrol dan gula darahnya kembali normal. Badannya juga lebih segar dan fit. Gangguan tidurnya hilang. Gangguan sakit di perutnya yang dulu sering muncul tanpa sebab sekarang hilang. Pembengkakan organ tubuhnya juga berkurang jauh.

Eczema anak keduaku hilang dan tidak pernah kambuh lagi sampai sekarang. Kulitnya sehat. Dan sama dengan anak pertamaku, dia penuh dengan energi, lebih fokus, jarang sekali sakit dan tidak moody.

Ketidakseimbangan hormonku berangsur-angsur pulih dan badanku mulai kembali normal. Sakit kepala yang dulu selalu membuat aku tersiksa seharian sekarang hilang. Energiku mulai pulih. Penglihatanku membaik. Rambut dan kulitku berangsur-angsur kembali sehat.

Dan lebih dari itu, hidup kami menjadi lebih ‘whole”, utuh dan seimbang. Lebih tenang, selalu ada waktu untuk: istirahat, makan di rumah bersama keluarga, berolah raga dan beraktifitas bersama, menikmati hiburan sederhana di rumah setiap harinya setelah semua aktifitas selesai. Kami menjadi lebih dekat. Lebih peduli. Lebih menghargai. Nafsu makan kami menjadi sehat, tidak berlebihan dan tidak kurang.

Langkah awal proyek Eating Clean-ku diikuti dengan berbagai langkah lainnya. 

Ada yang mudah, ada yang sulit. 

Berbagai buku dan informasi aku baca. Berbagai resep aku coba. Trial and error di dapur sering terjadi. Pada awal proyek aku banyak belajar “memanipulasi” sayur dan buah demi anak-anak. Diskusi tentang makanan dan cara makan sehat dengan anak menjadi topik sehari-hari yang harus aku hadapi. Kami berkenalan dengan banyak jenis makanan natural yang selama ini jarang atau bahkan tidak pernah kami sentuh. Bertahap kami melepas pertemanan kami dengan makanan-makanan yang tidak sehat. Dan sekarang, kami tidak lagi berteman dengan tepung putih, gula sederhana, lemak tidak sehat, sodium. Kunjungan terakhir kami ke fast food restaurants adalah sebelum puasa tahun 2011. Terakhir aku membeli gula putih dan minyak goreng serta margarin untuk persediaan rumah adalah bulan Agustus tahun 2011.

Sekarang Eating Clean sudah menjadi kebiasaan dan gaya hidup kami. Dari sejak kami bangun tidur (sekarang aku selalu bangun jam 4.30 pagi untuk menyiapkan sarapan, snackpagi dan bekal makan siang keluarga) hingga kami tidur di malam hari. Dan karena banyaknya dampak positf yang kami rasakan, aku ingin berbagi pengalaman dan informasi.

Lewat tulisan ini dan tulisan-tulisan lainnya, aku ingin berbagi pengalaman, tips sederhana, informasi-informasi yang aku dapatkan dari berbagai sumber, resep-resep mudah yang tidak menghabiskan biaya dan waktu, menu harian yang tidak ribet dan apapun yang bisa aku bagi.

Sekali lagi, aku bukan ahli gizi. Bukan juga dokter. Bukan juga juru masak profesional. Jadi, aku tidak akan berbagi resep obat-obatan. Aku juga tidak akan berbagi menu dan resep yang rumit untuk dilakukan di dapur sederhana sehari-harinya. Aku sangat yakin, kalau aku, ibu rumah tangga biasa yang hanya bermodalkan rasa cinta kepada keluarga, tekad dan disiplin bisa menjalankannya, maka semua orang yang punya 3 modal dasar yang sama juga pasti bisa! 

Aku juga bukan penulis professional, jadi maafkan rangkaian tulisanku yang jauh dari sempurna.

Aku hanya berharap tulisan awal ini dan tulisan-tulisan yang akan datang bisa sedikit membantu mereka yang ingin merubah pola hidup agar lebih berkualitas.

1 comment:

  1. haloo. saya punya beberapa pertanyaan ttg clean eating

    1. Apakah kentang rebus boleh digunakan sebagai pengganti karbohidrat saat sarapan?
    2. Apakah boleh makan makanan yang digoreng?
    3. Kalo mau ngemil batang seledri biasanya dimasak dulu nggak?
    4. Kalau makan kacang-kacangan dan biji-bijian biasanya jenis apa aja?
    5. Jus bayam+perasan lemon+daun mint boleh dijadiin snack nggak?

    tolong dijawab yaaa :) maaf tanyanya kebanyakan

    ReplyDelete