Monday, November 26, 2012

Simple yet very useful health facts of eggs my kids discovered through their science project.


Telur ayam, bahan makanan yang satu ini dipilih kedua anakku untuk mereka garap dalam Math & Science Fair di sekolah yang mereka ikuti Sabtu lalu.
Satu minggu lamanya mereka mempersiapkan pameran science project telur yang mereka beri nama “Eggxperiments”.  Semuanya serba telur! Berbagai percobaan mereka pelajari dan coba untuk nantinya  mereka demontrasikan di hadapan para pengunjung, antara lain: Floating Eggs, Eggs in The Bottle, Egg in Soda serta Spinning Egg. Berbagai informasi dan fakta menarik seputar telur ayam mereka cari untuk mereka tampilkan di stand mereka.
Sambil membantu mereka, aku ikut belajar banyak seputar telur ayam. Dan lewat tulisan kali ini, aku ingin berbagi beberapa informasi menarik yang kami dapatkan seputar telur ayam.
Informasi pertama yang digali oleh kedua anakku adalah seputar telur organik.
Mengapa kuning telur ayam organik warnanya lebih “merah” dibandingkan telur ayam non organik?
Berdasarkan informasi yang kami dapat, ternyata, warna kuning telur memperlihatkan makanan yang dimakan oleh ayam. Warna kuning pada kuning telur sebenarnya disebabkan oleh zat karoten yang terkandung dalam makanan yang dimakan oleh ayam. Zat ini banyak terdapat dalam makanan natural, yaitu rumput, sayuran dan buah. Jadi,  semakin banyak bahan-bahan makanan natural yang dikonsumsi oleh ayam, warna kuning telurnya akan semakin “merah” karena kaya zat karoten.  Dan sebaliknya, warna kuning telur yang pucat biasanya merupakan tanda bahwa ayam tidak sehat atau tidak memakan makanan yang sehat. Dengan kata lain, kuning telurnya menjadi pucat warnanya karena miskin kandungan zat karoten. Dan ayam yang diternak secara organik, memang hanya menkonsumsi makanan natural yang sehat dan kaya zat karoten. Itulah sebabnya kenapa kuning telur ayam organik warnanya lebih “merah” dibandingkan telur ayam non organik.
Kenapa telur ayam organik lebih baik dibandingkan telur ayam non organik?
Selain kuning telurnya yang lebih kaya zat karoten, telur ayam organik memang lebih kaya nutrisi. Telur natural mengandung  lebih banyak vitamin dan mineral, antara lain: Riboflavin, Vitamin B6, Vitamin B12, Vitamin D, Vitamin E dan Selenium. Selain itu, kandungan kolesterol telur ayam organik lebih sedikit dibandingkan telur ayam non organik. Dan telur ayam organik tidak mengandung antiobiotik serta hormon karena ayamnya diternakkan secara natural. Jadi, telur ayam organik lebih sehat dibandingkan telur ayam non organik. Dan berdasarkan pengalaman pribadi, rasanya juga lebih enak!

Informasi menarik lainnya yang mereka dapatkan adalah seputar scrambled egg yang dijual di restoran cepat saji terkenal asal Amerika.
Menjelang pameran Math & Science Fair mereka, kedua anakku membuat percobaan di rumah untuk membandingkan telur scrambled egg (telur orak-arik) yang dijual di restoran cepat saji terkenal asal Amerika dengan telur urak-arik yang mereka buat sendiri di rumah dengan menggunakan hanya 3 jenis bahan natural, yaitu: telur ayam organik, sedikit olive oil dan garam.
Empat hari sebelum acara, kedua jenis scrambled egg ini mereka masukkan ke dalam toples kaca bertutup dan mereka diamkan. Selang 2 hari, mereka mulai takjub melihat perubahan yang terjadi pada scrambled egg dari restoran cepat saji. Apa yang terjadi? Telur yang tadinya berwarna kuning pucat itu mulai berair,  berbusa serta mulai berubah warna menjadi kemerah-jambuan. Sedangkan scrambled egg buatan rumah, walaupun mulai terlihat ditumbuhi jamur, wujudnya  tetap “berbentuk” telur, warnanya tetap kuning dan tidak muncul busa maupun air. Dan setelah 4 hari, komentar anak perempuanku ketika melihat scrambled egg dari restoran cepat saji adalah “Yuckyyyy!!!”. Scrambled egg dari restoran cepat saji terlihat semakin berbusa dan ada genangan air berwarna kuning yang terkumpul dibagian bawah toples. Warna merah jambu pun semakin terlihat, bercampur dengan warna abu-abu.

Dari informasi yang kami gali, kami memperoleh fakta yang membuat kedua anakku semakin mantap untuk tidak lagi menyantap makanan cepat saji, termasuk scrambled egg-nya yang terlihat normal dan “sehat” selama ini.
Apa faktanya?
Berbagai sumber menyebutkan, scrambled egg  yang dijual di restoran cepat saji terkenal asal Amerika ini ternyata  tidak hanya dibuat dari telur. Namun di dalamnya terkandung pula bahan pengawet, bahan pewarna, bahan perasa dan hydrogenated oil (lemak jahat). Kandungan kolesterol menu scrambled egg di restoran cepat saji ini sangat tinggi, yaitu mencapai 520 mg per porsinya. Kesimpulan anak-anakku? Kalau mau makan scrambled egg, makan saja scrambled egg yang dimasak sendiri dengan bahan-bahan natural yang sehat dan kaya nutrisi!
Pada hari pameran, kedua anakku sibuk! Meja pameran science project mereka ternyata cukup diminati pengunjung. Kedua anakku sibuk mendemostrasikan dan menjelaskan berbagai percobaan dan informasi seputar telur ayam yang sudah mereka pelajari dan persiapkan. Dan informasi-informasi kesehatan seputar telur ayam yang mereka tampilkan ternyata menarik perhatian banyak orang, terutama para orang tua, guru dan juri acara. Ketika ditanya oleh Kepala Sekolah yang berkunjung ke meja pameran anak-anakku, “Do you guys still want to eat the junk food restaurant’s scrambled egg?”  Kedua anakku menjawab dengan tegas, “Definitely not! And we have not been eating junk food for almost 2 years now”.

Diakhir acara, Kepala Sekolah mengumumkan pemenang Science Project berdasarkan penilaian dewan juri. Dan ternyata, science project kedua anakku berhasil menjadi pemenang terbaik. Way to go kiddos!! Muka anak-anakku terlihat senang sekali sewaktu menerima piagam penghargaan. Dan aku lebih senang lagi! Karena tidak hanya mereka berhasil bekerja sama menyelesaikan sebuah project sekolah yang tidak mudah, mereka juga mendapat banyak ilmu baru seputar makanan dan kesehatan. Dan yang penting, kami semua mendapat kesempatan bersenang-senang bersama! Priceless!!!




No comments:

Post a Comment