Rabu
3 Oktober lalu aku mendapat pengalaman baru berharga, yaitu mengajar memasak
makanan sehat di Kelas 1 SD Kembang di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.
Hari
itu, tepat jam 10 pagi, 20 orang anak sudah menungguku dengan antusias di dalam
kelas memasak mereka.
Masing-masing lengkap dengan peralatan memasak yang ditugaskan untuk
mereka bawa dari rumah, antara lain: wadah salad, baskom untuk mencuci sayuran
dan buah, pisau, talenan, mangku kecil, sendok, garpu dan lain-lain. Sesuai
dengan misi pelajaran, yaitu memperkenalkan sayuran dan buah kepada anak-anak, menu
memasak sehat hari itu adalah salad daun slada segar yang dicampur dengan apel,
anggur, timun, jagung manis, telur rebus dan smoked beef, lengkap dengan bumbu salad yang
dibuat sendiri dari light cream cheese dan air perasan lemon.
Setelah
kelas memasakku berjalan, perasan deg-degan yang sedari pagi aku rasakan
berganti dengan rasa senang dan takjub!
Sungguh
menyenangkan melihat 20 anak berusia 6 tahunan itu bersemangat menyiangi
selada, mencuci sayuran dan buah, memotong sayuran dan buah, mengupas telur
rebus serta mencampur dan membuat salad dressing sendiri. Senang bisa mengajarkan tips-tips makan sehat yang sangat
sederhana kepada anak-anak kecil ini. Geli melihat betapa mereka tercengang
bahwa apel sebaiknya dimakan dengan kulitnya dan tidak dikupas. Geli melihat
betapa mereka memprotes timun yang dimasukkan ke dalam salad tidak dibuang dulu
bijinya. Takjub melihat kehandalan mereka memotong apel dan timun. Dst …
Bisa
dibilang, pelajaran memasak makanan sehatku selama 1 jam bersama Kelas 1 SD
Kembang Rabu lalu berjalan dengan lancar, menyenangkan dan seru. Semua anak
terlihat antusias dan menikmati setiap kegiatan memasak yang ditugaskan. Tapi lucunya, kebanyakan anak di Kelas
1 SD Kembang terlihat tidak terlalu antusias dengan keharusan mencicipi salad
yang berhasil mereka buat sendiri. Bermacam-macam alasan diajukan untuk bisa
menghidar dari keharusan mencicipi sayuran segar dalam salad. Misalnya, “Aku
kan bawa catering
hari ini”, atau, “Aku cuma suka brokoli”, atau, “Aku tidak suka timun”, atau,
“Aku kan biasanya makan sayur cuma di rumah, waktu makan malam saja”.
Mendengar
alasan-alasan polos ini, sebelum acara makan siang dimulai, aku melempar “warning” kepada Ibu Guru kelas. Sekedar mengingatkan kembali bahwa
kemungkinan besar anak-anak muridnya nantinya tidak antusias, bahkan menolak,
memakan salad sayuran dan buah segar yang sudah mereka buat. Untungnya Ibu Guru
yang cantik ini memiliki prinsip yang sama dengan aku. yaitu: yang penting hari
ini kami sudah berhasil memperkenalkan sayuran dan buah kepada anak-anak murid
kelas 1, berhasil mengajarkan mereka cara membuat makanan sehat sederhana dan
berhasil memberi mereka beberapa informasi dan pelajaran sederhana seputar pola
makan sehat.
Kelas
memasak makanan sehatku selesai jam 11.30.
Rasa
senang yang aku rasakan masih berbekas hingga hari ini!
Senang karena tugas mengajar berhasil aku lakukan dengan baik. Senang karena anak-anak menyukai kelas memasak makanan sehat yang aku berikan. Senang karena sudah berhasil berbuat sesuatu yang positif, walaupun sungguh kecil, di tengah permasalahan pola makan (diet) modern yang memprihatinkan, yang sekarang ini dihadapi oleh anak-anak di perkotaan pada umumnya. Senang karena berhasil memberi asupan sayuran dan buah segar, walaupun sedikit, kepada anak-anak Kelas 1 SD Kembang ditengah pola makan (diet) modern yang minim serat yang biasa mereka lakoni.
Senang karena tugas mengajar berhasil aku lakukan dengan baik. Senang karena anak-anak menyukai kelas memasak makanan sehat yang aku berikan. Senang karena sudah berhasil berbuat sesuatu yang positif, walaupun sungguh kecil, di tengah permasalahan pola makan (diet) modern yang memprihatinkan, yang sekarang ini dihadapi oleh anak-anak di perkotaan pada umumnya. Senang karena berhasil memberi asupan sayuran dan buah segar, walaupun sedikit, kepada anak-anak Kelas 1 SD Kembang ditengah pola makan (diet) modern yang minim serat yang biasa mereka lakoni.
Jam
1.30 di hari yang sama, ketika aku menjemput anak-anakku di sekolah, tanpa
diduga-duga, aku disambut dengan riang gembira oleh beberapa anak Kelas 1 SD
Kembang. Mereka berebutan bercerita. Sungguh kaget dan senang rasanya mendengar
cerita dan komentar mereka. Dengan penuh semangat mereka berkata, “Aku suka
saladnya”, atau “Aku habis lho makan saladnya”, atau “Aku tadi tambah 2 kali
makan saladnya”, atau “Aku tadi makan saladnya sedikit-sedit, tapi nambah
terus! Aku suka sekali sausnya”, atau “Aku mau ajak Mamaku bikin saladnya di
rumah”.
Ah! These
comments were precious and they surely made my day!
Anak-anak tidak mau makan dan tidak suka sayur? Artinya, kita belum melakukan yang terbaik untuk mengajar dan membiasakan makan makanan pemberian alam yang penuh nutrisi ini. Kuncinya sebenarnya ada pada diri kita, para orang tua. Kita harus konsisten, harus disiplin, harus terus berusaha.
Coba resep-resep sayur yang rasanya "kids friendly". Libatkan mereka dalam berbelanja sayuran dan memasak. Jauhkan lidah mereka dari rasa gurih dan manis makanan kemasan/proses dan cepat saji, agar palet lidah mereka "bersih" dan bisa kembali merasakan rasa natural berbagai sayur. Dan yang penting, mulai ajarkan dan biasakan dari usia kecil. Jangan tunggu mereka besar, di saat opini dan kebiasaan yang sudah terlanjur terbentuk atau di saat palet lidah mereka sudah terlanjur "terkontaminasi" oleh makanan dan minuman modern". Dan yang penting, mulai dengan 1 langkah kecil, yang dilanjutkan dengan langkah-langkah kecil lainnya. Terus ... hingga kebiasaan terbentuk dan berjalan dengan sendirinya!
Anak-anak tidak mau makan dan tidak suka sayur? Artinya, kita belum melakukan yang terbaik untuk mengajar dan membiasakan makan makanan pemberian alam yang penuh nutrisi ini. Kuncinya sebenarnya ada pada diri kita, para orang tua. Kita harus konsisten, harus disiplin, harus terus berusaha.
Coba resep-resep sayur yang rasanya "kids friendly". Libatkan mereka dalam berbelanja sayuran dan memasak. Jauhkan lidah mereka dari rasa gurih dan manis makanan kemasan/proses dan cepat saji, agar palet lidah mereka "bersih" dan bisa kembali merasakan rasa natural berbagai sayur. Dan yang penting, mulai ajarkan dan biasakan dari usia kecil. Jangan tunggu mereka besar, di saat opini dan kebiasaan yang sudah terlanjur terbentuk atau di saat palet lidah mereka sudah terlanjur "terkontaminasi" oleh makanan dan minuman modern". Dan yang penting, mulai dengan 1 langkah kecil, yang dilanjutkan dengan langkah-langkah kecil lainnya. Terus ... hingga kebiasaan terbentuk dan berjalan dengan sendirinya!
PS:
Terima kasih banyak untuk Ibu Guru Kelas 1 SD Kembang yang sudah memberi aku kesempatan dan sebuah pengalaman yang sangat berkesan. Terima kasih Ibu Tia dan Ibu Ella. God Bless You!
Dan kalau ada yang ingin menggelar kegiatan yang sama di sekolah anak tersayang, let me know if I can help :)
Terima kasih banyak untuk Ibu Guru Kelas 1 SD Kembang yang sudah memberi aku kesempatan dan sebuah pengalaman yang sangat berkesan. Terima kasih Ibu Tia dan Ibu Ella. God Bless You!
Dan kalau ada yang ingin menggelar kegiatan yang sama di sekolah anak tersayang, let me know if I can help :)
Wow :) Must have been a great experience!
ReplyDeletedaftar bu.. usianya bisa sampai berapa tahun dan bisa untuk berapa orang sekaligus..
ReplyDeletemks yaa.
salaam
bri
Info lengkap aku kirim ya Mas Bri ...
Deletesipp...
ReplyDelete